Elin sadar, sekeras apa pun ia berubah, ia tetaplah si buruk rupa yang dikatakan wanita paruh baya di depannya ini. “Mau menangis? Ingat, bagi orang-orang yang mengenal kamu, saya yakin mereka akan tetap melihat kamu seperti dulu, Gajah!” “C-cukup…” bisik Elin bergetar. Tubuhnya pun sudah semakin lemas. Elin merasa udara di sekitarnya menyempit. Paru-parunya menyusut. “Kenapa? Takut ketahuan kamu dulu seperti apa?” Deg! Elin kembali mundur sampai tanpa sadar ia hampir menabrak sebuah kursi restoran kalau saja Raja tidak segera menarik lengannya. Elin menatap Raja yang kini menatapnya cemas. Beruntung restoran telah tutup sepuluh menit lalu. Sehingga hanya ada keluarga Raja dan wanita paruh baya yang tiba-tiba datang entah dari mana. Untungnya juga restoran ini adalah milik Karim, yan

