bc

LANGIT (Passionate Hurt #2)

book_age18+
2.0K
FOLLOW
11.6K
READ
murder
revenge
family
independent
bxg
brilliant
abuse
first love
secrets
affair
like
intro-logo
Blurb

Menurut Langit Diaz Tahitu cintanya terlarang untuk Rizka Joanna Tahitu, adik angkatnya yang menggoda dan membangkitkan hasratnya.

Ayah Rizka, Ray Tahitu, yang sudah mengangkat Langit dari masa kecilnya yang gelap tidak akan mungkin mengkhianati ayah angkatnya itu dan menjalin cinta dengan putrinya.

Saat Langit berusaha menghindar dari perasaannya, dan berusaha menjauh dari Rizka, ancaman dari masa lalu datang dan ancaman yang penuh bahaya dari orang yang tidak terduga.

chap-preview
Free preview
Satu
Langit Hari ini aku sangat lelah, akhirnya terungkap siapa dalang dibalik semua kejadian yang menimpa Camelia Soetedja, istri Abraham Soetedja. Esok lusa aku akan berangkat ke Rusia, dan aku belum tahu berapa lama tinggal di sana. Hidupku memang tidak punya kepastian. Ponselku tiba-tiba berdering, nama ayah angkatku tertera di layar. "Ya Pi?" "Kau sekarang di mana?" "Baru sampai rumah Pi." "Kau tidak rindu pada papi? Sejak kau di Jakarta tidak pernah datang menemui papi." "Papi kan sedang tour?" Aku tertawa. "Papi sekarang sudah di Jakarta dan besok malam kau harus datang di acara ulang tahun papi. Kau juga sudah lama tidak datang ke rumah." "Iya Papi." "Kapan kau pergi dari Jakarta? Atau kau sudah ingin menetap di sini?" "Lusa aku berangkat ke Moskow." "Kau tunda dulu, dan lusa kau harus menemani papi memancing, jangan menolak!" Aku menarik nafas. "Iya, Pi" "Good. Ngomomg-ngomong apa besok kau akan membawa pacarmu?" Aku tertawa mendengar perkataan ayahku. Ray Tahitu adalah penolongku, kalau aku bisa seperti sekarang, semua karena beliau. Aku mencintainya seperti ayahku sendiri, dan mantan istrinya, mami Jenia juga sudah seperti ibuku sendiri, dia salah satu yang sangat rajin meneleponku dan menayakan kabarku, dan pasti selalu bertanya kapan aku akan menikah. Anak-anak ayahku yaitu Ringgo dan juga kedua adiknya sudah aku anggap seperti saudara kandungku, begitu juga sebaliknya. Tapi ada yang satu orang yang tidak lagi menganggapku saudaranya, anak bungsu ayahku, Rizka Joanna Tahitu. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana aku bisa menjadi bagian keluarga mereka. "Ringgo, Roe, papi mau mengenalkan seseorang pada kalian. Ini Langit, dia adalah saudara kalian yg baru." "Anak Papi dari perempuan lain lagi?" Ringgo menatap ayahnya sinis. Ayah kami tertawa. "Bukan, dia selama ini tinggal sama ibu Kasih dan pak Burhan, jadi sekarang Langit tinggal bersama kita." Ringgo mengangguk, setelah dia tah aku dari panti asuhan milik keluarganya. Aku diam saja menatap kedua anak ayahku saat itu. Mereka juga memperhatikan aku penuh penilaian. "Nah satu lagi, yang di box itu, adik perempuan kalian, Rizka, umurnya baru enam bulan.” Ayahku menunjuk seorang balita di dalam box yang tertawa melihat kami.Bayi perempuan, gemuk dan putih, matanya berbinar menatapku. Lalu ia tertawa, saat itu yang terlintas dalam pikiranku, dia seperti boneka hidup. Ringgo dan Ronan pun mengajakku bicara, tapi aku diam saja. Aku yang sudah biasa menderita tidak terlalu percaya dengan siapapun. Aku tidak mengenal ayah dan ibuku. Aku besar di tempat pelacuran, dan dari mulai aku bisa mengingat, aku sudah terbiasa hidup dalam kesusahan, sejak aku sudah bisa berjalan aku sudah dipaksa bekerja. Aku disuruh mengemis, mengamen, mencopet dan masih banyak lagi. Aku akan dipukuli kalau kerja lambat atau salah melakukan perintah. Topan, laki-laki itu adalah mucikari dan bos pemilik rumah pelacuran di tempat kumuh itu. Kawasan itu seperti sarang iblis, kami yang masih anak-anak sering disuruh menjual narkoba, membeli kondom, membeli pembalut untuk para pelacur. Jadi bukan hanya mengemis dan mengamen atau mencopet pekerjaan anak-anak di sana. Aku sering dipukul Topan, katanya ibuku yang sudah mati adalah mantan pelacur. Ibuku katanya juga mempunyai banyak hutang padanya, dan aku harus bekerja pada Topan seumur hidupku untuk melunasinya. Aku sering tidak diberi makan. Kalau ada pelacur-pelacur yang kasihan padaku, mereka memberiku makanan secara diam-diam, karena kalau Topan tahu, mereka juga akan disiksa. Aku tidak memiliki nama, Topan memanggilku si sial, anak haram, dan banyak nama menjijikkan lainnya. Orang-orang di sekitarku juga memanggilku dengan berbagai panggilan. Sampai suatu malam, saat hujan deras, sehabis aku pulang dari mencopet, uang yang kudapatkan tidak sesuai dengan target. Aku diseret Topan ke belakang rumah pelacurannya, di tempat barang rongsokan. Aku dipukul habis-habisan, Topan menendangku, saat itu umurku kira-kira sembilan tahun. Sebenarnya aku tidak tahu pasti berapa usiaku, karena aku juga tidak tahu tanggal lahirku, bulan dan tahunnya. Badanku yang ringkih sudah tidak sanggup lagi menerima siksaannya, tidak ada yang berani menolongku. Setelah Topan puas, dia meludahiku dan pergi meninggalkanku yang sekarat di tengah-tengah hujan deras. Aku menggigil kedinginan, aku pikir malam itu aku pasti mati, dan aku memang lebih suka andai saja aku mati saat itu. Aku sudah tidak kuat, aku pernah mencoba lari dari tempat itu, tetapi anak buah Topan menemukanku, dan aku akhirnya disiksa karena berani melarikan diri. Petir sambar menyambar, dan aku melihat ke atas langit dengan tubuh penuh darah, dan perutku yang sangat sakit, mulutku berdarah akibat tendangan Topan. Aku menatap langit yang mencurahkan hujan deras, saat itu aku berpikir, kalau aku tidak berani melawan Topan, aku akan menjadi budaknya seumur hidupku. Entah kekuatan dari mana, aku bangkit berdiri. Aku lihat ada besi runcing di sekitar barang rongsokan itu, aku pun mengambilnya, dan dengan tubuh bergetar aku berjalan mencari Topan. Aku sudah pasrah malam itu kalau aku mati di tangan Topan. Tapi tidak melawan sama sekali, itu sama saja dengan pecundang. Setidaknya kematianku tidak akan sia-sia jika aku mencoba melawan. Suara musik berbaur dengan suara hujan dan petir. Aku melihat Topan sedang duduk dengan pelacur-pelacurnya di teras rumah-rumah penginapannya yang kumuh. Anak buahnya sedang tidak ada disekitarnya. Mereka sedang asik mendengar musik yang berdentum keras, minum alkohol oplosan, dan melakukan cumbuan menjijikkan. Mereka tidak sadar kalau aku datang diam-diam menghampiri. Jleb ... “Arghhhhh ... !” Dengan sekuat tenaga aku menusuk perut Topan. Lalu aku kembali menusuknya berkali-kali dengan besi yang kutemukan tadi. Pria itu terkapar, matanya melotot memandangku, para pelacur itu menjerit ketakutan. Dan aku langsung berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat itu di ikuti anak buah Topan yang mengejarku. Aku pun melompat ke sungai di sekitar tempat itu daripada ditangkap oleh mereka. Aku memang sudah pasrah mati. Arus deras membawaku entah ke mana. Di dalam arus sungai aku merasakan tubuhku terhempas di bebatuan, setelah itu aku tidak sadar lagi. Dan saat aku bangun aku sudah berada di sebuah kamar. Kamar yang bersih, dan ku pikir aku ada di surga, mungkin ini namanya surga, aku tidak pernah tidur di tempat seperti ini. "Pak ...! Dia sudah bangun." Aku mendengar suara perempuan memanggil seseorang.Mereka menghampiriku. "Jangan bergerak dulu nak." Wanita tua itu tersenyum padaku. "Saya ibu Kasih, dan ini suami ibu, Bapak Burhan. Kamu sekarang ada rumah pengharapan, kemarin kami menemukanmu di tepi sungai." Dia tersenyum lembut menatapku. Aku hanya diam menatapnya saja. "Namamu siapa nak?" Aku menggeleng. Ibu Kasih tersenyum. "Ya sudah, Sekarang kamu makan dulu ya. Ibu suapin, biar cepat sembuh." Aku diam tak menjawab, lalu ibu kasih menyuapkan bubur ke dalam mulutku, dan dari sini lah awal aku bebas dari Topan. Selama di panti aku tidak mau bicara pada siapa pun, anak-anak panti tidak berani mendekatiku. Aku melakukan tugas yang diberikan ibu Kasih dan pak Burhan. Hanya dengan ibu Kasih aku mau bicara, itu pun kalau terpaksa. Suatu hari dia menayakan namaku lagi, karena langit malam itu yang memberiku kekuatan, kuputuskan sejak hari itu namaku adalah Langit. Hari berlalu, dan tanpa kusadari aku sudah tiga tahun di panti ini. Tidak ada yang mau mengadopsiku karena sikapku yang tertutup. Sampai suatu hari, seorang bernama Ray Tahitu datang berkunjung. Aku ingat hari itu dia menatapku dalam dan lekat. Dan aku membalas tajam tatapannya. "Siapa namamu?" Dia bertanya. "Langit." Entah kenapa aku mau menjawab pertanyaannya, biasanya aku tidak akan pernah menjawab siapa pun. Ibu Kasih dan pak Burhan terkejut karena aku mau menjawab pria itu. "Dia anaknya baik Pak, tapi pendiam. Langit ini anak yang paling rajin di panti." Ibu Kasih memberi penjelasan tanpa diminta siapa pun. Ayah angkatku itu mengangguk, dia terus menatapku penuh penilaian, aku sedikit gugup, tapi aku tetap membalas tatapannya. "Langit, ini pak Ray, pemilik panti ini." Ibu Kasih memperkenalkan pria tinggi besar dan berambut panjang itu padaku. Kami masih saling berpandangan. "Kau mau ikut denganku?" tanyanya tiba-tiba. Aku terkejut karena dia mengajakku ikut dengannya, namun aku tidak menjawab. "Bu Kasih, aku akan membawanya," ujarnya saat itu. "Bapak mau mengadopsi Langit?" Dia menangguk. “Aku akan mengurus surat-suratnya.” Dan hari itu aku langsung dibawa ke rumahnya, dan mengenalkanku pada anak-anaknya. Itu lah awal aku menjadi anak seorang Ray Tahitu, yang ternyata seorang musisi terkenal dan berasal dari keluarga kaya raya. Dia seorang duda, dengan tiga anak dan satu istri yang sudah bercerai dan dia meiliki wanita simpanan yang tidak dia nikahi dan baru meninggal saat itu karena sakit. wanita itu meninggalkan dua anak dan yang satunya masih bayi. Ringgo anak dari istri sahnya sedangkan Ronan dan Rizka anak dari perempuan simpanannya. Dan sampai hari ini, aku tidak tahu apa alasan ayahku mengangkatku jadi anaknya. Besok malam aku akan berkumpul dengan keluargaku, dan akan bertemu dengan Rizka. Aku sudah lama tidak bertemu dengannya, terakhir tiga tahun lalu di New York, saat dia datang mengunjungiku. Peristiwa tidak akan pernah aku lupakan. "Kak, aku sekarang di New York, jemput aku di bandara ya." Pagi itu Rizka meneleponku saat aku masih tidur. "Hah! Kau datang dengan siapa?" Aku sangat terkejut karena dia ada di New York saat itu. "Sendirian Kak." "Tunggu di situ, jangan ke mana-mana, kalau ada yang—" "Iya Kak. Cerewet sekali, umurku sudah sembilan belas Kak." Suaranya terdengar kesal. Aku terkekeh. Sudah bisa aku banyangkan wajahnya yang lucu karena kesal. "Oke, tunggu kakak di sana." Aku pun menjemputnya ke bandara. Dan begitu aku tiba di bandara, kulihat adikku berdiri menungguku. Aku pun menghampirinya, dan dia langsung sumringah saat melihatku dan berlari menghampiriku. "Kakakkk ... !" Rizka langsung memelukku dan aku membalas pelukannya, tentu saja aku sangat senang bertemu dengan adikku. "Wah ... papi kasih izin princessnya datang sendiri menyebrangi benua ya?" "Kalau menemui Kakak, papi pasti kasih izin." "Bagaimana kabarmu?" Aku menatap adikku yang memakai kacamata mata, dan kawat gigi yang belum lepas dari giginya. Adikku ini cantik dan polos, dan kami benar-benar menjaganya, karena orang di sekeliling keluarga Tahitu banyak yang suka memanfaatkan. "Aku baik, dan Kakak?" tanyanya dengan mata berbinar ceria. "Semakin tampan pastinya." Aku mengerling jahil. Aku tertawa saat Rizka memutar bola matanya mendengar jawabanku. Kami memasuki mobil, dan aku membawanya ke apartemenku. Aku tinggal di Manhattan. Selama di Amerika aku membawanya jalan-jalan. Kami pergi ke Los Angeles, dan bebarapa negara bagian. Sampai suatu malam saat kami kembali ke apartemen, pulang dari perjalanan. "Aku capek sekali." Rizka langsung membaringkan tubuhnya di sofa. "Mandi dulu Ri, biar capeknya berkurang. Kakak akan pesan makananan untuk kita." Riska pergi beranjak untuk mandi. Dan setelah aku memesan makanan, aku masuk kamarku dan mandi di sana. Selesai mandi aku keluar dan tidak lama makanan datang. "Ri ... ! Kau sudah selesai? Kakak sudah lapar!" Aku berteriak memanggilnya. "Iya! Sebentar Kak." Aku pun menuju pantry dan menuangkan makanan ke piring, dan menyajikan di meja. Dan aku hampir mati berdiri, saat Rizka, tiba-tiba sudah berdiri di hadapanku. Dan dia hanya memakai lingerie tipis, rambut panjangnya tampak lembab, kulit putihnya yang seputih susu sangat kontras dengan lingerie merah maroon itu. "Ri ... a—apa yang kau pakai?" Aku melotot marah. Dia tampak gugup dan salah tingkah. "Ini lingerie, masa tidak tahu?" katanya sambil menatapku malu-malu. Aku yang tadinya terperangah sekarang tertawa geli melihat tingkahnya. "Oke. Kakak tau, sekarang ganti dengan baju biasa atau piyama, cepatlah, kakak sudah lapar." "Piyama? Yang benar saja!" Dia melipat tangannya di dada, dan payudara tampak membuncah. Sialan! Dia adikku! Baiklah kami memang bukan saudara kandung, tapi dia adikku. Rizka yang lugu, dan mengapa dia berubah begini? Aku memandangnya dengan tatapan marah . "K-kau tidak suka Langit?" tanyanya, menatapku sambil menjilat bibirnya karena gugup "Apa?!" Aku terperangah. "Ck ... kau tidak suka melihatku memakai ini?" Sambil menunjuk lingerienya. Sial! Sudah berapa kali aku mengumpat. "Riri—" "Rizka, aku bukan lagi Riri. Aku sudah dewasa, dan panggil aku Rizka." Dia memotong perkataanku dengan kesal. Aku semakin terkejut. Mungkin hormonnya sedang tidak stabil. "Baiklah Ri. Dengar, kakak mengerti pada anak remaja sepertimu. Kalian suka bereksperimen, dan kau sepertinya ingin belajar menggoda pacarmu bukan? Tapi saran kakak, kau jangan lakukan hal ini, oke? Sekarang pergi ke kamarmu, dan ganti lingerie sialan itu. Sekarang!" Tapi Rizka, justru semakin mendekatiku dan sekarang dia benar-benar dihadapanku, wangi sampo menguar dihidungku. Strawberry, dia masih suka wangi itu dari jaman anak-anak. Aku tertawa mengingat masa kecilnya. "Kenapa kau tertawa?" Dia tampak tersinggung. Aku terdiam, Rizka tidak lagi memanggilku kakak. "Riri ... kakak tidak suka kalau—" "Kau bukan kakakku," ujarnya sambil mengangkat dagu tinggi dengan percaya diri. Aku terbelalak mendengar ucapannya. "Ri ... " "Aku mencintaimu Langit. Dari dulu." ucapnya sungguh-sungguh dan memandangku dengan tatapan polosnya.                                    

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.2K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
49.0K
bc

HOT NIGHT

read
605.3K
bc

Tuan Bara (Hasrat Terpendam Sang Majikan)

read
110.7K
bc

T E A R S

read
312.6K
bc

Hello Wife

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook