Fattan memutar ulang ucapan Azkia di kepalanya. Sekali lagi dia berusaha untuk memahami, tetapi keraguan masih menepi di hatinya. Apa yang dia dengar bisa jadi hanya ilusi suara lantaran dia terlampau berharap. Hanya ketika penegasan dilontarkan kembali oleh Azkia, Fattan baru memercayai apa yang dia dengar.
“Saya cinta sama kamu,” ucap Azkia dibarengi embusan napasnya yang agak tersengal-sengal.
Tersengat rasa kaget dan juga bahagia, Fattan membeku di tempatnya berdiri. Pancaran iris cokelat kehijauannya yang sarat akan emosi dan ekspektasi bertaut dengan iris gelap Azkia yang berkabut. Sayangnya, ekspresi terkejut Fattan yang ditunjukkannya dengan diam membuat Azkia berpikir bahwa pria itu masih menyimpan marah.
“Fattan, saya—“
“Kamu tidak sedang berpura-pura, ‘kan?” Fattan memoton
