“Begitu, ya?” Azkia menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan perlahan untuk menenangkan dirinya sendiri. Selama beberapa detik dia mengalihkan pandangannya ke jendela kaca besar di samping meja mereka. Azkia berusaha menjernihkan pikirannya dengan tidak melihat si pembawa kabar tak sedap. Dia kemudian kembali berkonsentrasi pada wanita itu. “Apa tujuan kamu mengatakan semua ini kepada saya?” lanjutnya. “Saya hanya ingin memperingatkan kamu bahwa kamu sudah salah memilih laki-laki untuk menjadi suami,” jawab si wanita yang masih belum diketahui namanya. Azkia mengangkat kedua alisnya sambil menipiskan bibir mengekspresikan ketidak-percayaannya pada wanita itu. “Kamu tidak perlu repot-repot melakukan hal ini karena saya pernah menikah. Sedikit banyaknya saya tau perbedaan antara laki-la

