“Fattaaan!!!” Jeritan Azkia menggema di antara teriakan dan suara keterkejutan lainnya di dalam kedai. Dia merengkuh Fattan dan berusaha mendekapnya. Namun, Fattan lebih dulu jatuh terkapar. Keriuhan pun tidak dapat dihindari. Pengunjung, pelayan, dan warga yang berdatangan, akhirnya berhasil meringkus kedua pengamen rese tersebut. Sementara mereka mengamankan kedua pengamen itu, Azkia hanya bisa tertegun karena syok. Darah dari kaus Fattan yang menetes dan menggenangi lantai membuat lututnya seketika lemas. Kabut hitam berputar-putar di kepalanya dan akhirnya menutup pandangan. Sekitar satu jam kemudian Azkia membuka mata. Memori terakhir yang muncul di kepalanya adalah saat melihat Fattan terluka dan terkapar. Azkia pun bangkit terduduk sambil meneriakkan nama Fattan. “Fattaaan!” “

