Prolog Sang Badai

211 Words
"Hallo, namaku The Tempest. Kau bisa memanggilku Sang Badai. Atau apa saja yang nyaman untuk kau ucapkan. Aku tidak akan mempermasalahkan hal itu. Karena aku sangat tau bahwa... sejatinya kalian semua pasti sudah mengenal diriku. Bahkan bisa jadi selalu menyebut 'namaku'. Menangis karena 'aku'. Atau tertawa juga karena 'aku'. Sesuatu yang mungkin tidak pernah kalian inginkan. Tapi, selalu kalian dapatkan, bukan? Sesuatu yang memiliki nama... masalah. Aku tak hanya datang saat hari kehilangan seluruh cahayanya. Ketika sang malam tiba. Saat di mana orang-orang sedang tenggelam kesusahan dan juga rasa sakit yang tak berkesudahan. Aku dipanggil Sang Badai justru karena aku hadir saat orang-orang bahagia. Karena kehadiranku tak diinginkan. Siapakah aku? Aku tak memiliki wujud yang pasti, tapi selalu bisa dirasakan oleh hati. Badai adalah badai yang penuh dengan kekecewaan serta isak tangis. Andai aku lebih paham soal ini... sebelum memutuskan berhembus ke dunia. Aku, sungguh, akan sangat bahagia. Andai badai itu tak pernah ada. Inikah yang kau harapkan? Sekarang aku ingin menceritakan suatu kisah padamu. Bukan kisah klasik. Bukan juga kisah yang biasa. Tentang badai yang berhembus di dunia ini. Badai kecil yang merusak kehidupan mereka yang selalu hidup di bawah pelangi. Badai yang merusak hidup mereka datang dari langit yang cerah. Langit yang biru dan indah." Salam, The Tempest.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD