Lelaki itu menatap dengan satu alis terangkat, menatapnya dengan penuh penilaian, lalu tersenyum lembut. Ada rasa hangat yang menjalar dalam hati ketika mendapat senyuman seperti itu darinya, hingga membuat Mila begitu merasa tenang. “Ngapain kamu disini?” Meski begitu, ia tetap menunjukkan sikap ketus. Dimaa hanya mengangkat kedua bahunya dengan santai. “Kayaknya kamu lagi butuh di temenin.” “Sok tau!” “Kelihatan dari aura wajah kamu. Menggelap.” Ujar Dimas, sambil melipat tangan di meja untuk menatap Mila lekat. “Kamu kelihatan nggak sehat.” “Bener banget, dan makin nggak sehat setelah kamu samperin aku kesini.” Balasnya dengan ekspresi tidak suka. “Bagus dong, artinya aku membantumu mempercepat penuaan. Biar wajahnya makin mirip nenek-nenek.” balas Dimas sambil mengangkat al

