"Sekali lagi, aku tanya sama kamu, Kal. Di mana istri dan anakku? Kamu tahu keberadaan mereka, bukan?" tekanku. Jujur aku merasa gusar melihat wajah Haikal yang tetap tenang, sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan intimidasi dariku. "Kenapa kamu begitu yakin kalau aku tahu keberadaan mereka?" Haikal terkekeh. Ia menepis tanganku yang memegangi kerah bajunya. Aku mendengkus. "Isma menghubungi Syafa. Dia sudah tahu kalau perceraian kami batal dan aku yakin kamulah orang yang telah memberitahunya," terangku dengan menatapnya tajam. "Memangnya siapa lagi orang yang berpotensi menemukan dia selain kamu? Aku menugaskan kamu untuk mencari istri dan anakku dan kamu memang melakukannya. Tapi sangat disayangkan setelah menemukan mereka, ternyata kamu berkhianat dengan merahasiakannya dariku.

