Faisal Gunadi

1376 Words

Owen mendengkus kesal, setelah beberapa detik terdiam menatap ke arah sang istri dengan lekat. sepertinya tadi, Owen kehilangan sorot kebencian untuk sejenak dalam menatap sang istri. Tapi, sayangnya, itu tidak berlangsung lama dia menggunakan mode manusianya. Dia kini kembali ke mode emosi. ”Pinter banget kamu ngomong! Kamu pikir, aku bakalan terpesona sama kata-kata manis kamu?! Jangan mimpi, kamu?!” “Kata-kata manis yang mana, Mas? Aku cuma bilang kenyataan aja. Tidak ada yang istimewa dari bunga itu…” sahut Jihan menatap ke arah sang suami. ”Kalau tidak istimewa, kenapa harus di terima dan di taruh di tempat yang bisa kamu lihat? Kenapa? Biar merasa nyaman dan hangat kamu karena biarpun dia gak ada di sini, tapi, dia selalu memberikan sesuatu dimana pun kamu berada, gitu?!” Tatapny

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD