Melihat pintu kamar mandi terbuka, Jihan menoleh ke arah sang suami yang baru saja keluar dengan pakaian rapi yang sudah dia kenakan. “Mas, kita breakfast di resto aja, ya. Jadi, bisa makan secukupnya aja. Daripada mereka yang anter, walaupun itu fasilitas yang kita dapetin. Cuma, pengen nyobain segala menu di sana…” ucap Jihan yang sedang duduk di tepi ranjang memandang sang suami. Walau bagaimanapun dia harus ramah pada sang suami, terlebih sang suami juga terlihat peduli pada keluarganya. Begitu sang suami mengatakan jika dia mendengar ibunya sakit hanya dengan nada suara, Jihan merasa itu lebih berarti daripada perlakuan manis sang suami untuknnya. “Hah?!” Owen menoleh dengan salah tingkah. Wajahnya masih memerah. Dan dia sedikit mengalami kesulitan dalam berjalan, karena ada yang

