bc

Complicated

book_age16+
179
FOLLOW
1.4K
READ
love-triangle
love after marriage
forced
dominant
manipulative
goodgirl
drama
bxg
betrayal
surrender
like
intro-logo
Blurb

Setelah pembunuhan yang terjadi pada kedua orangtua angkatnya, kehidupan Agatha harus bertambah rumit ketika kekasihnya sendiri memaksanya untuk menggantikan posisi seorang wanita yang akan menikah.

Fakta menyakitkan terungkap ketika Agatha tahu jika wanita yang berusaha menghindari pernikahannya itu adalah kekasih gelap Jonathan, kekasihnya.

Dengan terpaksa ia merelakan kepergian Jonathan dan membuat dirinya menjadi pengantin. Satu kejutan kembali ia dapatkan. Pria yang akan menikahinya adalah orang telah membunuh orangtua angkatnya.

James, namanya. Pria itu tidak menerima jika pengantin wanita berganti. Namun pernikahan pada akhirnya tetap terjadi. Dan sejak saat itu kesesakan hidup Agatha dimulai.

chap-preview
Free preview
Agatha Claire
Sebuah rumah atau yang lebih layak disebut sebagai gubuk nampak ramai oleh suara tawa penghuninya. Seorang kakek tua yang bernama Fred Claire adalah pelempar guyonan yang membuat dua orang lainnya tertawa. Tawa renyah tercipta di antara kerutan-kerutan yang terbentuk di wajahnya. Istri Fred bernama Elena. Mereka tidak dikaruniai anak kandung karena ketidaksuburan Fred. Namun mereka mempunyai anak angkat yang mereka temukan di jalan raya. Anak itu diberi nama Agatha Claire. Fred dan Elena sengaja memberikan nama belakang Fred pada Agatha karena menganggap jika Agatha adalah anak kandung. Mereka sangat menyayangi Agatha. “Dan kau tahu apa yang selanjutnya terjadi?” tanya Fred dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya. Meski aura ketampanan sudah tak nampak, namun Fred adalah seorang pria tampan pada masa mudanya. Sebelum jatuh miskin ia adalah pria bergelimang harta. Banyak wanita yang tergila-gila padanya. “Mom tetap akan memilihmu meski ia harus kehilangan kaus kaki kesayangannya?” tebak Agatha. Tawa Fred pun pecah ketika tebakan Agatha tidak salah sedikitpun. Namun Elena yang menjadi topik guyonan mereka menunjukkan ekspresi wajah yang tak indah untuk dipandang. Wanita tua itu berdecak kesal karena selalu menjadi korban guyonan suami dan anaknya. “Carilah topik lain, kurasa aku sudah terlalu sering menjadi bahan perbincangan kalian.” Agatha berseru, “Tidak, Mom. Kau adalah topik terbaik kami. Kisahmu cocok untuk dibicarakan dalam keadaan apapun. Dan Dad setuju bukan?” Mendapati anggukan kepala dari Fred membuat Agatha tersenyum puas. Ia merasa selalu merasa senang jika berhasil menggoda Elena. Ibu angkatnya itu adalah wanita cerewet yang menyukai kegiatan marah-marah. Tiada hari tanpa omelan yang terdengar dari mulutnya. Tapi justru karena sikap Elena yang seperti itulah Agatha merasa bahwa ia benar-benar dianggap sebagai anak kandung. “Sangat setuju! Ibumu adalah topik terbaik, setidaknya itu bagi kita berdua.” “Aku tahu, diriku dan kisah hidupku sangat menarik. Tapi tidakkah kalian bosan? Sejak Agatha berusia sepuluh tahun hingga sekarang ia berusia dua kali lipat lebih banyak, pembahasan kalian tidak mengalami kemajuan. Hanya tentang aku dan kaus kakiku.” Elena menghela napas jengah, hari-harinya dihiasi dengan kekesalan pada dua orang yang sangat ia sayangi. “Setelah membuatku kesal, aku yakin kalian akan memakan masakan yang aku masak tanpa mengucapkan terima kasih setelahnya.” Elena berujar seraya beranjak pergi. Ia akan memasak meski hanya tersisa beras sebanyak satu genggam tangan dan garam. Tidak akan cukup untuk ketiganya namun harus cukup. “Lekaslah memasak, setidaknya kita harus memakan sesuatu hari ini,” tukas Fred. Elena tidak perlu beranjak jauh, karena di gubuk yang mereka tinggali kini hanya ada dua ruangan. Yaitu satu ruangan yang kini mereka tempati yang juga berfungsi sebagai dapur dan kamar, juga sebuah kamar mandi kecil. Rumah mereka berada jauh dari perkampungan. Berada di pinggir hutan dengan rindang pepohonan yang menjadi tetangga. Mungkin rumah mereka adalah yang terburuk di kota Los Angeles. “Agatha, tidakkah kau ingin membantuku?” “Apa yang harus kubantu, Mom, jika yang kau masak hanya segenggam beras dan garam?” lirih Agatha sedih. Agatha merasa sedih karena ia belum bisa meringankan beban Fred dan Elena. Bahkan untuk biaya kuliah saja ia masih menggantungkan diri pada keduanya. Agatha sudah berusaha mencari kerja paruh waktu, namun sampai sekarang ia masih belum mendapatkan hasil dari surat-surat lamaran yang ia kirim ke banyak perusahaan, toko, restoran, dan kafe. Agatha berjanji ia akan berusaha lebih keras lagi untuk mencari kerja. Setelah mendengar jawaban Agatha, Fred dan Elena saling menatap. Keduanya menunjukkan kesedihan yang kentara. Elena kemudian menatap Agatha kembali dan mencoba tersenyum. “Kau bisa membantuku menyalakan tungku api, jika kau mau kau bisa membantuku meniup bara api dan menjaganya agar tetap menyala, Sayang.” Bahkan mereka masih menggunakan tungku sebagai perapian karena tak mampu jika harus membeli gas seperti yang banyak digunakan oleh orang lain. “Baiklah, Mom. Aku akan membantumu.” *** Di sebuah rumah bergaya minimalis terdapat seorang pria bernama Jonathan yang sedang bersiap untuk pergi bekerja di sore hari. Jangan merasa heran karena pria itu memulai pekerjaannya di sore hari. Karena sebenarnya ia sudah bekerja dari pagi hingga sore di sebuah toko elektronik. Kemudian dia kembali bekerja dari sore sampai tengah malam di sebuah restoran. Bukan berasal dari keluarga kaya raya membuatnya harus menghabiskan masa muda dengan bekerja. Beruntung hari Minggu adalah jatah liburnya dan ia bisa menghabiskan waktunya bersama sang kekasih. Tidak ada keluarga yang membersamai hidupnya. Sejak kedua orangtuanya meninggal dunia, Jonathan tidak lagi berhubungan dengan sanak saudaranya. Namun beruntungnya ia karena mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintai dan menyayanginya. Kekasih yang memberinya kehangatan dan tempat berkeluh kesah dari lelahnya bekerja. Kekasihnya itu adalah Agatha Claire. Gadis miskin berwajah cantik yang memiliki perangai lembut ketika bersamanya. Yang membuat Jonathan senang dari wanita itu adalah karena tidak banyak tuntutan dan permintaan. Agatha cenderung berpikir seribu kali untuk membeli sesuatu. Bahkan Agatha seringkali menolak uang yang Jonathan berikan padahal gadis itu sangat membutuhkan. “Sepertinya aku terlihat lebih tampan hari ini. Ah! Sayang sekali, harusnya Agatha melihatku hari ini!” Jonathan merasa percaya diri ketika menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. Kali ini ia memakai baju baru yang dibelinya setelah menerima gaji kemarin. Rambutnya pun memiliki potongan baru. Kini rambutnya rapi dan pendek setelah sebelumnya gondrong. Perihal rambutnya Jonathan tidak yakin jika Agatha akan menyukainya. Karena sebelumnya Agatha sangat menyukai rambut gondrongnya. Sepertinya Jonathan harus segera menemui Agatha agar segera tahu bagaimana tanggapan kekasihnya itu pada perubahan gaya rambutnya. Dan jika Agatha tidak menyukainya, Jonathan berencana akan membeli rambut palsu yang serupa dengan rambut gondrongnya. “Apa kau adalah perempuan? Kenapa kau lama sekali!” Sebuah suara bernada kesal membuat Jonathan membalikkan badan. Matanya mendelik tajam pada pria tak tahu malu yang sudah sebulan ini menumpang di rumahnya. Pria itu adalah Obie, temannya. Meski sebenarnya Jonathan malas untuk mengakui Obie sebagai teman. Bahkan awal kisah pertemanan mereka pun tidak indah. Obie, pria gelandangan itu sengaja menabrakkan diri pada motor yang dikendarai oleh Jonathan. Dan pria yang dulunya berpenampilan kumuh itu meminta pertanggungjawaban kepada Jonathan berupa tempat tinggal. Karena Jonathan tidak mempunyai tempat lain, alhasil ia dengan terpaksa membawa Obie ke rumahnya. Beban hidupnya bertambah, beruntung sekarang Obie bekerja di restoran yang sama dengannya. Hanya saja pria itu bekerja bukan sebagai pelayan, melainkan tukang parkir. “Apa kau cukup bijak untuk menanyakan jenis kelaminku? Jelas-jelas aku adalah seorang pria yang tampan!” kesal Jonathan. Ia melangkah keluar kamar. Dan Obie mengikutinya di belakang. “Tentu saja aku tahu kau itu tampan, apalagi jika kau sedang bersamaku. Kau akan terlihat tampan karena aku jelek. Tapi tetap saja kau tidak mapan. Kau tahu, John? Wanita zaman sekarang tidak membutuhkan pria tampan, karena gaya hidup lebih penting.” Sambil melanjutkan langkahnya keluar rumah Jonathan menggelengkan kepala. “Tidak! Kau salah besar, Obie. Wanita zaman sekarang pintar-pintar, dan banyak dari mereka berkarir. Di zaman ini wanita tak kalah pandai mencari uang. Bahkan mereka rela menghamburkan uangnya untuk mendapatkan pria yang mereka mau. Zaman sudah berubah.” “Mungkin kau benar, tapi masih ada perempuan yang belum berubah. Contohnya kekasihmu itu. Aku yakin dia pasti menginginkan pria mapan,” timpal Obie. “Kau salah, Agatha tidak menginginkan pria mapan. Tapi dia menginginkanku.” “Dan kau tidak menginginkannya bukan?” Jonathan tidak menanggapi kalimat terakhir Obie. Baginya ia tidak perlu menjawab apapun atas pertanyaan yang diajukan teman tidak tahu malunya itu. “Dan apakah diam mu berarti iya?” tekan Obie. Jonathan berujar santai. “Bahkan ketika diintrogasi oleh polisi pun seseorang berhak untuk tidak menjawab bukan?” *** Kembali pada Agatha yang kini tengah makan bersama kedua orangtuanya. Hanya ada satu piring nasi yang untungnya masih terasa enak berkat garam yang ditaburkan. Fred dan Elena sebenarnya menyuruh Agatha untuk memakannya seorang diri. Namun tentu Agatha tidak sampai hati untuk membiarkan Fred dan Elena kelaparan sedangkan dirinya makan. “Ayolah Dad, Mom, kalian harus makan bersamaku. Piringnya sudah kuletakkan di tengah. Sekarang kita makan bersama-sama,” bujuk Agatha. Ia menatap penuh permohonan pada dua orang yang telah membesarkannya penuh dengan kasih sayang. “Kau bisa memakannya semua Agatha, kami sudah tua. Makan tidak makan kami akan mati cepat.” “Jangan berkata seperti itu, Dad! Aku tidak menyukainya! Perihal usia siapa yang tahu bukan? Bisa saja aku meninggalkan dunia ini terlebih dahulu sebelum kalian. Dan aku tidak ingin menjadi gemuk karena memakan ini semua.” Tiba-tiba Elena tertawa, ia menyendok nasi dan mengarahkannya pada mulut Agatha. “Apa kau selalu bolos saat mata pelajaran Biologi? Kau tidak akan menjadi gemuk hanya karena memakan nasi garam seperti ini, Sayang. Bahkan kau tidak memakan apapun sejak pagi. Apa kau tidak merasa lapar?” “Pertanyaaan yang sama untuk kalian. Apa kalian tidak merasa lapar?” Agatha menerima suapan nasi dari Elena. Kemudian dengan cepat ia merebut sendok yang semula dipegangi oleh ibunya itu. “Sekarang biarkan aku yang menyuapi kalian. Aku tahu kita tidak akan kenyang. Tapi yang terpenting adalah kita semua makan hari ini.” Fred dan Elena pun mengalah, mereka akhirnya menyetujui Agatha untuk makan bersama karena memang sebenarnya mereka merasa lapar, bahkan sangat lapar. Namun seperti orangtua pada umumnya, Fred dan Elena mendahulukan kepentingan sang anak. Biarlah mereka merasa lapar asalkan Agatha tidak kelaparan. Tapi ternyata Agatha sangat berbakti, ia tidak pernah menikmati apapun sendiri. “Setelah kupikirkan, aku akan menerima jika John memberiku uang,” ujar Agatha. Ia menyesal selama ini selalu menolak pemberian Jonathan, karena ternyata ia memang teramat membutuhkannya. “Kau memang seharusnya menerima sejak lama. Pria itu kekasihmu, wajar saja jika dia memberimu uang. Bahkan dulu aku juga sering memberi uang pada wanita yang kukencani,” timpal Fred. “Dan mereka meninggalkanmu setelah kau jatuh miskin. Hanya aku wanita baik hati yang bersedia bersamamu sampai sekarang,” sinis Elena. Ia kesal mengingat betapa playboy-nya seorang Fred dulu. Dan kalimatnya berhasil menciptakan tawa di bibir suami dan anaknya. “Hahaha! Tentu Sayang, kau yang terbaik!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Love Match (Indonesia)

read
172.9K
bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.1K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.6K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.3K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.4K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
45.8K
bc

Pengganti

read
301.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook