bc

Bodyguard Charm

book_age18+
1.0K
FOLLOW
8.9K
READ
billionaire
possessive
drama
tragedy
sweet
male lead
first love
bodyguard
like
intro-logo
Blurb

Tisha Adisha Bagaskara adalah anak dari seorang Dirga Bagaskara, wanita cantik yang terpesona oleh seorang pria yang menolongnya dari kejahatan para preman. Tisha semakin menaruh hatinya pada pria itu yang ia ketahui bernama Samuel Siregar. Perasaan yang semakin lama menjadi besar di saat Tisha mengetahui ternyata Samuel merupakan bodyguard pribadinya yang ditugaskan oleh ayahnya untuk menjaga dirinya. Tisha selalu mendekati Samuel, meski pria sangat dingin dan jarang sekali merespon dirinya.

Hingga pada akhirnya, Tisha mengeluarkan trik paling ekstrim untuk menjerat sang bodyguard-nya.

Trik apa yang sebenarnya Tisha gunakan untuk memikat hati Samuel? Apakah sang bodyguard akan jatuh ke dalam perangkap cintanya?

chap-preview
Free preview
Ch.1. Tisha Adisha Bagaskara
Thisa Adisha Bagaskara, seorang gadis periang dan mempunyai paras yang cantik. Dia merupakan putri dari Dirga Bagaskara dan Ayu Adhisa. Thisha tumbuh tanpa ayah sampai usianya menginjak tujuh belas tahun. Karena dia merupakan anak diluar nikah, dan mamanya menyembunyikan dirinya dari ayah kandungnya sendiri. Namun, semua itu telah berlalu. Kini mereka tinggal bersama dan bahagia. Untuk menebus semua dosanya terhadap putri dan ibu dari putrinya tersebut. Dirga memanjakan mereka, terutama Tisha. Dirga tidak pernah melewatkan waktunya untuk menemani putri semata wayangnya kemanapun. Meskipun Tisha sudah melarangnya untuk tidak mengikuti dirinya kemanapun dia pergi. Namun, pria paruh baya dengan tampilan yang masih bugar itu tetap tidak menggubris larangan putrinya. "Ayah... Bisa nggak sih, nggak ngikuti kemanapun Tisha pergi? Tisha malu, Yah! Tisha udah besar sekarang. Udah umur dua puluh lima tahun!" kesal Tisha karena Dirga selalu mengikuti dirinya. Bahkan, saat Tisha main dengan temannya aja, Dirga juga ikut. Pria paruh baya itu beralasan ingin mengenal teman putrinya juga. Hal itu semakin membuat Tisha malu kepada teman-temannya. Bahkan dirinya dijuluki predikat anak daddy oleh teman-temannya. Harusnya, diusia Tisha yang sekarang ini adalah usia yang cukup untuk membuka lembaran hidup yang baru, yaitu sebuah pernikahan. Tapi karena sikap ayah nya yang seperti itu, satu orang laki-laki saja tidak berani mendekati Tisha. Bagaimana dirinya bisa menjalani kehidupan yang baru itu, kalau dekat sama laki-laki saja tidak pernah. Lebih tepatnya tidak diberi kesempatan oleh ayahnya untuk dirinya menjalin kasih dengan lawan jenisnya. Maka dari itu, jangan heran kalau di usia Thisa yang sekarang ini, dia belum pernah menjalani sebuah hubungan yang bernamakan pacaran. "Ayah hanya berusaha menjagamu, Sayang." elak Dirga. Perdebatan seperti sering terjadi diantara mereka. Dan dokter Ayu hanya bisa diam sebagai penonton. Dokter Ayu tidak bisa melarang sikap suaminya yang sangat posesif terhadap putri mereka. Dia hanya sesekali menasehati suaminya, jika suaminya itu terlalu melewati batasnya hingga merenggut kebebasan putrinya untuk bergaul dengan siapa saja. Dokter Ayu juga tahu, kalau Dirga bersikap seperti itu untuk menebus masa-masa dimana suaminya tidak berada diantara mereka berdua. Dan melewatkan tumbuh kembang Tisha sedari kecil. "Udahlah, Mas. Biarkan dia malam ini pergi sendiri dengan teman-temannya," bujuk dokter Ayu kepada suaminya. "Tapi, Sayang. Aku nggak tega kalau dia pergi sendiri sama teman-temannya. Bagaimana nanti kalau terjadi sesuatu padanya?" Dirga tetap pada pendiriannya. Dia tetap ingin mengikuti putrinya itu kemanapun Tisha pergi. "Kali ini biarkan Tisha pergi sendiri, Mas. Lain kali kita kasih pengawal saja. Daripada kami yang selalu buntuti dia kemana-mana," usul dokter Ayu yang mengambil jalan tengah antara perdebatan Dirga dan Tisha. Mata Tisha melebar, tidak percaya jika mamanya akan berkata seperti itu. Toh, sebelum keluarga mereka bersatu, Tisha baik-baik saja meski pergi sendiri. "Ma, nggak bisa gitu, dong! Itu sama aja Tisha nggak bebas," protes Tisha merasa keberatan jika kehidupannya akan selalu diawasi. Apalagi dengan orang asing. Sementara Dirga nampak memikirkan ucapan istrinya. Kemudian Dirga menganggukkan kepala tanda ia setuju dengan usul sang istri. Dan kebetulan juga, salah satu anak buahnya, yang dulu merupakan tangan kanan Langit, malam ini akan tiba di negeri ini. Sungguh suatu kebetulan yang sangat memihak pada dirinya. Dirga akan lega jika Tisha diawasi oleh orang itu. Karena orang itu sudah mengabdi kepadanya sangat lama. Waktu orang itu masih remaja. Kini, dia bisa tenang untuk mengijinkan putrinya pergi sendiri. "Baiklah. Kali ini Ayah ijinkan kamu pergi sendiri. Tapi, setelah malam ini kamu akan dikawal orang kepercayaan Ayah," putus Dirga tidak bisa di gugat lagi. Tisha hanya bisa menghela napas, pasrah. Lebih baik dia dikawal orang lain, daripada dibuntuti ayahnya terus menerus. Toh nanti dia bisa mendiskusikan dengan orang yang akan jadi pengawalnya nanti. Setelah mendapat ijin, dengan hati yang senang Tisha segera mengemudikan mobilnya keluar dari plataran rumahnya. Sebelum ayahnya itu akan berubah pikiran. Malam ini Tisha ada janji dengan Killa, teman sedari mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu. Tisha hanya memiliki beberapa teman, cuman yang pali g dekat dan sangat mengerti dirinya hanyalah Killa, Shakilla Crasiva. "Hallo, Kill. Kamu ada dimana?" tanya Tisha seraya menyalakan tombol loud speaker yang ada di layar ponselnya. Lalu menaruh ponselnya itu di atas dashboard mobil. "Aku ada di depan rumah, nih! Kamu lama banget sih, Sha!" suara Killa terdengar begitu kesal, karena mungkin gadis itu menunggu Tisha terlalu lama. Tisha tertawa mendengar suara Killa yang kesal terhadapnya. Memang, temannya itu merupakan gadis yang tidak sabaran dan suka marah, hampir sama dengan sifat yang Tisha miliki. Cuman kalau Tisha, dia tidak gampang tersulut emosi. "Ya sudah, tungguin. Sepuluh menit lagi sampai. Tadi masih nego sama Ayah," ucap Tisha kemudian menekan tombol merah pada layar ponselnya tanpa menunggu jawaban dari Killa. Setelah memutuskan sambungan telponnya, Tisha menambah kecepatan laju mobilnya. Agar segera sampai di rumah Killa tepat waktu. Sesuai dengan apa yang barusan ia katakan. Padahal, jika dihitung dari tempatnya sekarang untuk menuju rumah Killa, masih membutuhkan waktu dua puluh menit. Sementara itu di kediaman Bagaskara, Dirga nampak sibuk menghubungi seseorang. Dirinya mondar-mandir sedari tadi, membuat dokter Ayu capek sendiri melihat tingkah suaminya. "Kamu sedang menghubungi siapa sih, Mas?" tanya dokter Ayu penasaran. "Tidak bisakah Mas nelpon sambil duduk dan diam? Pusing kepalaku melihatmu yang mondar mandir dari tadi," protes dokter Ayu.pada suaminya. Dirga menatap ke arah sang istri, memberikan senyuman paling menawannya untuk pemilik hatinya saat ini. Lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah istrinya. Dirga membungkukkan tubuhnya sedikit, untuk kemudian mencium kening dokter Ayu penuh dengan kelembutannya. "Aku mencoba menghubungi Samuel dati tadi, Ma. Tapi dia nggak mengangkat telponku. Aku ingin dia langsung mengikuti kemana Tisha pergi dan dengan siapa aja," ucap Dirga tersirat nada khawatir terhadap putri semata wayang mereka. "Tisha udah besar, Mas. Berilah kebebasan padanya sedikit saja. Dan mungkin Samuel masih ada di perjalanan menuju kesini. Lebih baik kamu tunggu dia dengan duduk manis. Jangan sampai sakit pegal-pegalmu itu kambuh lagi," dokter Ayu mengingatkan suaminya. Di usia mereka yang tidak muda lagi, kerap kali mereka mengalami sakit pegal-pegal di bagian tertentu tubuh mereka. "Badanku pegal semua, kan karena menghangatkan mu setiap malam, Ma." ujar Dirga seraya memberi tatapan nakal pada sang istri. Tentu saja hal itu membuat dokter Ayu merasa malu sendiri. Bagaimana bisa, suaminya selalu tidak ingat umur jika menyangkut hal itu. Lantas dokter Ayu melayangkan sebuah cubitan keras di lengan atas Dirga, hingga Dirga mengaduh karena terasa sakit dan panas. "Kamu itu ya, Mas! Udah tua juga masih itu... aja yang di omongin," karena kesal dengan suaminya, membuat dokter Ayu pergi meninggalkan Dirga sendiri diruang keluarga. Dirga hanya terkekeh melihat istrinya yang kesal padanya. Lalu ia kembali sibuk mencoba menghubungi Samuel lagi. Nada sambung terhubung, tapi masih tidak ada jawaban dari Samuel. Hingga pada pada panggilan ke-lima, Samuel baru menjawab telpon dari Dirga. "Hallo, Tuan," jawab Samuel dari seberang sana. "Kamu itu kemana saja, sih! Di telpon dari tadi nggak dijawab. Apa kencan dulu?" tanya Dirga seraya melampiaskan kekesalannya. Samuel diam tidak menyanggah ucapan bos besarnya tersebut. Yang menjadikan dirinya tidak bisa menjawab telpon dari bos besarnya, karena saat menuju perjalan ke rumah Dirga, ia melihat dua orang gadis yang tengah di hadang preman.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
203.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
11.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
101.4K
bc

My Secret Little Wife

read
93.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
188.7K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
14.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook