bc

Dinikahi Kekasih Adikku

book_age16+
2.4K
FOLLOW
11.9K
READ
heir/heiress
secrets
like
intro-logo
Blurb

Bulan Cahaya Az-zahra, seorang gadis polos dan lugu yang dinikahi kekasih adiknya sendiri.

Ketidak tahuan calon mempelai pria, membuat kakak beradik itu sedikit enggan menerima lamaran.

Namun tak lama kemudian Bulan yang Baik menerimanya. Namun siapa sangka, nerharap bisa menyelamatkan masa depan sang adik sekaligus melupakan pria yang selama ini disukainya diam-diam, perjodohan itu malah membawanya pada pria yang selama ini disukai itu. Sekaligus pria yang sama yang merupakan kekasih adiknya.

Akankah Bulan dan Bintang bisa menerima kenyataan itu atau justru malah sebaliknya?

Ikuti terus kisahnya.

Ig : DeLiansa

chap-preview
Free preview
Permintaan kakek
Di depan kelas sebelas SMA Negeri Kota Malang. Terdengar benturan yang sangat keras, lalu diikuti suara benda terjatuh. "Shit! Punya mata nggak sih, lo?" sentak pria muda berwajah tampan dan mempesona. Matanya menatap nanar kue ulang tahun yang sudah susah payah ia buat itu kini jatuh, rusak, dan tak terbentuk. "Maaf, Kak. Maaf. Aku nggak sengaja jatuhin kuenya," ucap seorang gadis serba salah, takut pria itu semakin murka. Buru-buru ia mengambil kue tart tersebut, membenarkan posisi kue itu dan mengembalikannya. "Dih! Jorok banget sih, lo! Ogah gue terima kue rusak kayak gitu. Mana udah lo pegang lagi," hardiknya. Menatap jijik tangan gadis itu kemudian melenggang pergi. "Kak Arka, tungguuu! Aku buatin yang baru, ya!" Wanita itu mencoba mengejar Arka, melakukan apapun demi menebus kesalahannya. Namun, Arka tak peduli. "Terserah!" jawabnya ketus kemudian melangkah pergi. Sedang di dalam kelas. Seorang gadis cantik, pintar dan selalu berpenampilan fashionable tertawa riang bersama teman-temannya. Menertawakan barang aneh yang baru saja ia dapatkan. "Hahaha gila, ya! Kakak lo itu kok norak banget sih. Ngasih kado ulang tahun sama primadona kok siwak! Dikira lo jarang sikat gigi kali, ya!" sahut salah satu dari mereka yang mengundang gelak tawa lucu. "Iyah! Tapi Beb, gue aneh deh sama, lo. Lo kok bisa beda jauh gitu sih sama si Bulan, apa dia ... cuman anak angkat?" tanya temannya kali ini membuat Bintang menatapnya tak suka. "Gue nggak suka ya lo nuduh hal aneh-aneh sama kakak gue," ucap Bintang tegas membuat suasa menjadi canggung. Dia sangat tidak suka jika teman-temannya mulai menjelek-jelekkan kakaknya. Apalagi sampai timbul presepsi jika mereka bukan saudara kandung. Bulan memang tidak secantik Bintang, tidak juga sepintar Bintang. Namun, Bukan berarti Bulan dan Bintang bukan saudara kandung, kan? Bulan juga memiliki kebelebihan kok. Bulan merupakan kakak yang baik, rajin, dan penyayang. Selalu menjaga dan membela Bintang dari amukan sang Ayah yang marah karena Bintang yang selalu pulang terlambat karena asik bermain. Ditengah kecanggungan, seseorang menyelinap masuk mengejutkan Bintang. "Happy Birthday kesayangannya Arka!" Memeluk Bintang membuat seisi kelas menjerit histeris. Bintang tersenyum bahagia melihat kekasihnya yang saat ini sudah bersimpuh di depannya, memberikan buket bunga besar lengkap dengan coklat di tangannya. "Terima! Terima! Terima!" Sorak ramai dari semua siswa siswi kelas XI memenuhi ruangan. Arka dan Bintang memang di idolakan sebagai pasangan terpopuler di sekolahan tersebut. Selain pasangan yang tampan dan cantik, Arka dan Bintang juga pasangan genius yang selalu mendapat kejuaraan di tingkat Nasional. Jadi tidak heran, jika guru-guru di sini saja mengidolakan mereka. Apalagi dengan siswa lain yang menjerit histeris melihat ke uwuan Arka pada Bintang yang tidak pernah segan diperlihatkan di depan publik. "Bintang Malikil Az-Zahra, gadis cantik yang sukses membuat seorang Arka Arzen Prasetya jatuh hati." Arka menggantung ucapan membuat para siswa menggigit jari. “Maukah kau menjadi bintang di hatiku? Menjadi ibu dari anak-anakku?" "Aaaaaa!!!!" Ucapan terakhir Arka di sambut teriakan keras oleh para siswa. Apalagi saat Bintang menerima bunga dan langsung di dekap oleh Arka. Seperti tumbuhan yang di siram air panas, semua siswa langsung meleyot tak mampu berkata-kata. Selesai melewati drama siswa yang meminta pajak, Arka akhirnya bisa mengantarkan Bintang dengan tenang. Menarik tangan gadis itu agar bisa memeluknya. "Pegangan! Tapi kalau berdebar aku tidak tanggung jawab ya." Bintang tersenyum simpul. Sikap Arka yang tak tahu malu dan narsis itu kadang lucu, tapi boleh juga. Dengan jahil Bintang memeluk Arka erat, kemudian menggerakkan tangannya ke bagian bawah. "Bintangnya Arka berani menantang ya sekarang." Menangkap tangan nakal itu dan menggenggamnya. Tidak berniat melepasnya sedetik pun. Dengan satu tangan Arka mengendarai motor Harley kesayangannya. Menikmati udara malam sabtu yang indah ini dengan sang kekasih yang sudah ia putuskan untuk menjadi calon istrinya. “Besok, kutunggu di tempat biasa yah.” Sambil membukakan helm Bintang, Arka berucap demikian. Mereka kini sudah tiba di depan rumah Bintang, bangunan minimalis berlantai dua dengan tanaman hijau itu cukup menyejukkan mata. Namun berbeda dengan Bintang yang menatap rumah itu dengan ketakutan, takut jika sang ayah berdiri di pintu dan menyadari dirinya di antar seorang pria. “Ya, ya nanti aku datang. Pergilah, aku takut Ayah lihat nanti!” Bintang yang ketakutan membuat Arka malah gemas. “Kenapa memangnya? Tinggal bilang saya mencintai anak Om dan akan melamarnya.” “Apa sih Arka! Ngaco ya, masih sekolah kok ngomongnya lamar-lamaran,” ucap Bintang membuat Arka terkekeh. Tentu saja dia hanya bercanda, dia tidak mungkin merelakan masa depannya hanya demi menikah. Meski Arka begitu mencintai Bintang, Arka tentu mendahulukan bisnis keluarga yang sudah menunggunya lebih dulu kemudian bekerja sampai sukses baru menikahi Bintang. Itu rencana Arka saat ini. Karena suara deringan ponsel yang sudah berbunyi, juga permohonan Bintang yang meminta ia segera pergi. Dengan cepat Arka berbalik. “Ada apa,?” tanya Bitang saat Arka malah berbalik lagi menghadapnya. “Kiss Me!” ucap Arka membuat Bintang membulat mata. Tidak! Yang benar saja perempuan mencium laki-laki lebih dulu. “Bintang!” Suara Ayah sudah melengking dari arah pintu. Bintang semakin ketakutan, mendorong tubuh Arka Agar segera pergi. “Kak, kumohon pergilah, Ayah sudah mau kesini.” “Kiss me!” Arka masih kukuh, tersenyum lucu melihat wajah kekasihnya yang ketakutan. Bersidekap dan sudah memejamkan mata. Bulan menggigit bibir bawah kuat. Menyebalkan memang makhluk tampan satu ini. “Bintang!” Kan. Malu? Gengsi? Arghh Masa bodoh! Yang penting ayah tidak lihat. Cup! Bintang mencium pipi Arka singkat, membuat laki-laki itu langsung tersenyum dan pergi. “Sama siapa?” suara tiba-tiba mengejutkan Bintang. “Kakak! Ngagetin aja, deh.” Bintang mengatur nafas, untung si Arka sudah menghilang. “Ya sudah, masuk yuk. Ayah sudah menunggu kita,” ucap Bulan membuat Bintang penasaran. “Ada apa? Apa aku akan di sidang lagi?” “Tidak tidak! Ayah bilang ada hal penting yang akan di sampaikan,” tutur Bulan lembut membuat Bintang membulatkan bibirnya. *** Baru saja Arka tiba dan merebahkan tubuhnya di atas sofa, ucapan kakek membuat Arka tersentak. “Apa? Nikah?” pekiknya hampir tersedak. “Kakek gila, ya! Arka ini masih sekolah, Kek. Yang bener aja harus kawin. Ngga ada, ngga ada!” Menjawab jengah dan kabur. Namun baru saja kakinya melangkah, Arka kembali berbalik. “Kakek! Kakek kenapa kek? Pak Jo! Bik Jamin! Siapkan mobil!” teriak Arka frustasi, membopong pria paruh baya itu dengan tergesa. Wangi khas bangunan putih mulai menyeruak masuk kedalam hidung, orang-orang hilir mudik untuk mendapat pertolongan. Dengan nafas memburu Arka membopong kakek dan masuk ke dalam ruangan. “Tolong! Tolong selamatkan kakek saya.” “Kami akan berusaha semaksimal mungkin, silahkan tunggu di luar,” tutur pria berbaju putih itu dengan lembut. Arka menghembuskan nafas lelah, menjatuhkan tubuh sambil menatap pintu. Kehilangan Kakek adalah mimpi terburuknya, meski Arka kadang sangat membenci Kakek karena sering mengatur hidupnya, tapi Kakek adalah orang pertama yang selalu ada untuknya, mengurus dan menyayanginya. Bersama kakek, Arka tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang. Lama menunggu, akhirnya Arya bisa masuk ke dalam ruangan. Menggenggam tangan kakek yang sudah berkerut dengan lembut. “Kakek kumohon sembuhlah,” harap Arka cemas. “Arka….” Kakek memanggil cucuknya lemah. “Ya, Kek. Ini Arka, kakek butuh apa? Apa kakek haus?” tanya Arka beruntun. Dia tidak pernah sekhwatir ini melihat kakeknya. Pria tua yang ingin dia buang di kali ciliwung ini memang sering acting sakit kalua Arka tidak menurut, tapi Arka merasa jika kakek benar-benar sakit saat ini, bukan pura-pura. Kakek menggeleng kemah “Apa? Kakek mau apa akan Arka kabulkan.” “Kakek ingin kamu menikah, Nak.” “Tapi kek-,” “Usia kakek sudah tidak lama lagi, kakek ingin melihat cucu kakek hidup bahagia.” “Kakek kumohon jangan berkata seperti itu, kakek akan sembuh.” Mata Arka mulai mencair. Sudah cukup ia kehilangan orang tuanya, jangan kakek. “Tidak, Nak. Kakek sudah merasa lelah dan tua. Kakek tidak minta apapun selain melihat kamu bahagia dengan gadis pilihan kakek,” tutur kakek membuat Arka menjadi lemas. Kakeknya memang keras kepala, tidak bisa di bantah. “Atau kau rela melihat kakek seperti ini sampai mati?” “Kek! Apa yang kau ucapkan?” sentak Arka tak suka. “Kalau begitu, menikahlah," ucap Kakek membuat Arka menghembuskan nafas lelah. Bersambung….

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook