3. Pertempuran Raja

2297 Words
Para pasukan terkesima melihat guratan cahaya hitam besar di hadapan mereka. Kengerian itu merasuk ke dalam jiwa mereka membuat mereka tertegun. Rhianna yang juga ikut menyaksikan itu memberi tanda ke para pasukan. Mereka akan benar-benar bersiap menyerang kali ini.  “Hey, apakah ini nyata? Maksudku aku tidak pernah melihat sihir semacam ini seumur hidupku. Sihir seperti ini hanya dapat muncul di dongeng.” Kata salah seorang prajurit yang berada di dalam kerumunan.  “Kau tahu, setelah melihat itu aku tiba-tiba merindukan istri dan anakku di rumah” gumam salah satu prajurit “Aku berpikir mungkin saja salah satu dari kita akan mati disini. Sebelum kita berkata perpisahan ke orang yang kita sayangi”  Hanya dengan melihat bentuk energi sihir itu, moral semua pasukan ikut menjadi turun. Yang awalnya hanyalah gumaman seorang prajurit biasa berubah menjadi dengungan yang sangat keras memekakkan telinga, mengisi seluruh padang pasir yang luas itu. Sangat berisik seperti gerombolan lalat yang sedang sibuk mengitari sampah. Rhianna yang mengetahui kondisi pasukannya yang sedang kacau bingung. Ia sudah mencoba memotivasi mereka meneriakkan nama mereka dengan lantan dan berseru menyeran, namun cara itu tidak berhasil. Mungkin satu-satunya cara adalah mengintimidasi atau mengancam mereka, namun itu bukanlah gaya Rhianna dalam memimpin “Hey kalian semua, tetap tenang. Itu hanyalah sihir biasa. Selama aku, Baroth, dan Raja Galliard disini, kalian semua bisa tenang” Rhianna mencoba menenangkan mereka sekali lagi. Namun sia-sia. Disisi lain. Baroth yang berada di bagian lain barisan justru memandangi energi itu dengan senyuman. Ia sangat penasaran sekaligus tertarik untuk melawan energi sihir yang tak diketahui itu.  Tanpa pandang bulu, Baroth langsung melaju memerintahkan pasukannya bergerak menghampiri wanita berpakaian serba hitam itu. Dengan semangat yang berkobar-kobar ia mengangkat pedangnya. Namun Baroth menyadari sesuatu. Ia sama sekali tak mendengar langkah di belakangnya seirama dengan hentakan kakinya. Ia menoleh ke belakang menghadap pasukannya. Ia melihat semua terdiam membatu tak bereaksi apa-apa. Ekspresi mereka terlihat dingin namun juga mata mereka menggambarkan rasa ketakutan luar biasa.  “Apa yang kalian lakukan!. Ibu kalian, Istri kalian, Anak-anak kalian tidak akan bangga dengan keadaan kalian seperti ini. Jadi sekarang, rangkullah saudara yang ada diantara kalian. Angkat pedang kalian. Dan bertarunglah bersamaku menuju kebanggaan untuk kalian semua!” walaupun terdengar konyol, kata-kata Baroth itu terbukti efektif membangkitkan semangat para prajurit. Mereka semua merasa tercerahkan mendengar kata-kata itu Melihat pasukan Baroth yang mulai berlari menuju Sang musuh, semangat pasukan Rhianna ikut tergugah. Mereka mengikuti langkah kaki pasukan Baroth yang berlari dengan penuh semangat. Wajah Rhianna tersenyum lega sambil melihat Baroth yang juga sedang berlari.  Sementara itu Raja Galliard melompat dari pos dengan tinggi kira-kira 5 meter jatuh ke tanah tak terluka. Mencoba melompat dan buru-buru menghampiri wanita itu. Ia berlari dengan sangat kencang. Hingga akhirnya sampai ke wanita itu, namun tak cukup dekat untuk berada di jangkauan pedangnya tetapi masih bisa untuk saling berkomunikasi dengan jelas.  Disaat Sang Raja mendekat. Wanita itu menggerakkan tongkatnya. Ia memutar-mutar tongkat itu hingga keluar lingkaran sihir dari samping bahu kiri dan kanannya. Lingkaran itu terlihat seperti lambang lingkaran sihir namun tidak seperti biasanya. Sihir itu memiliki motif ular dan gagak namun dengan logo yang terdistorsi membuat hanya orang yang dengan jeli memperhatikannya tahu kalau itu adalah gambar ular dan gagak.  Tak lama kemudian lingkaran sihir itu bergerak dengan sangat cepat. Dari dalamnya ia mengeluarkan semacam burung namun dengan paruh seperti buaya benar-benar sangat aneh. Burung-burung itu keluar dan terbang dalam jumlah yang sangat masif. Bulunya yang mengepak dengan sangat kencang terjatuh dengan jumlah yang banyak membuat keadaan gurun yang sangat cerah mendadak berubah menjadi gelap dan menghalangi penglihatan siapapun yang ada di tempat itu. Burung itu yang sedari tadi terbang di langit sekarang turun mencoba melawan kawanan pasukan yang berlari di depannya. Para prajurit yang tidak mengantisipasi itu ada yang terjatuh dan tergigit oleh paruhnya yang sangat tajam. Namun sebagian lagi yang sudah memegang pedangnya sedari tadi menyerang balik serangan para burung.  Prajurit yang berhasil menebas burung itu membuat mereka terjatuh di tanah, namun tubuh mereka tidak berubah menjadi bangkai. Tubuh mereka berubah menjadi sebuah debu pasir hitam yang terlihat sangat jelas apabila dibandingkan dengan pasir kuning yang ada di gurun itu. Debu hitam itu tidak terdiam, mereka terbang menuju kembali ke arah Sang Wanita menuju ke lingkaran yang ada di dekatnya tadi “Walaupun burung-burung ini terus beregenerasi hidup kembali. Namun jika kita terus menyerangnya. Energi penyihir itu lama kelamaan akan habis dengan sendirinya. Dia tidak mungkin memiliki energi yang tak terbatas” ucap Baroth memerintahkan prajuritnya. Ia menyadari kalau burung-burung itu tak bisa benar-benar mati “Kau tak perlu melakukan ini Arleth. Ini hanya urusan kita berdua. Mereka tidak perlu menanggung dosa yang tidak mereka lakukan” ucap Raja  Galliard yang terlihat penuh dengan amarah namun masih mencoba meredamnya “Apa kau sungguh-sungguh bodoh ? Jika kau tidak mau melibatkan mereka. Kenapa kau malah membawa mereka. Sungguh aku tidak mengerti bagaimana pola pikir dan logikamu” Wanita Penyihir itu, Arleth menjawab dengan senyuman puas di wajahnya “Lagipula seseorang pernah berkata kepadaku. Jika kau hendak menangkap seekor kodok. Tangkaplah saat dia meloncat bukan berenang.” Arleth kembali membalas ucapan dia sebelumnya. Baroth maju membawa pedang raksasanya dan menebas semua burung melintas di depannya. Walaupun bertubuh bongsor dan senjata yang ia bawa senjata yang amat besar, dia bisa sangat luwes menggunakannya seperti senjata yang ringan. Burung-burung yang datang tak memiliki kesempatan bahkan hanya untuk menyentuh zirahnya yang tebal. Begitu pula Rhianna. Dengan tubuhnya yang ramping, ia bisa sangat cepat menyusul Baroth yang berada jauh didepan. Kelincahannya dan teknik yang ia miliki membuat semua serangannya terlihat seperti tarian yang indah. Sesekali ia bahkan bermain-bermain menghindar burung-burung itu menunggu jumlah mereka bergerombol lalu menyerangnya dengan sekali tebasan kilat menjatuhkan sayap-sayap hitam rapuh sekaligus di waktu yang bersamaan. “Apakah kau menikmatinya?” tanya Rhianna yang berhasil menyusul Baroth, Baroth yang terlalu sibuk menebas semua makhluk itu menengok ke arah Rhianna dan berkata “Masuk menjadi urutan 10 besar pertarungan terbaikku saja pun tidak” jawab Baroth dengan nada yang sedikit congkak. Walaupun mereka terlihat selalu bertengkar dan bersaing. Rhianna yang memiliki ketangkasan serta teknik beragam dikombinasikan dengan Baroth kekuatan besar bermental baja membuat duet maut ini memiliki reputasi yang besar sekaligus mengerikan bagi orang-orang yang berhadapan langsung dengan mereka. Nama mereka berdua terkenal di seluruh penjuru negeri, semua orang membicarakan kehebatan mereka. Dan mereka, tentu saja berhak mendapatkan kepopuleran itu Hingga akhirnya kedua Panglima sampai menyusul Sang Raja. Mereka berada di belakang, menunggu Sang Raja untuk memberikan aba-aba menyerang Si Penyihir Hitam itu bersama-sama “Ohh... Akhirnya aku bisa melihat dua sekutumu yang gagah berani sudah berada disini. Kehadiran kalian sungguh menghiburku. Aku tidak sabar bermain-main dengan kalian” kata Arleth menyambut kehadiran Baroth dan Rhianna “Kau tahu, kata-katamu sudah mirip sekali seperti tokoh antagonis dalam sebuah dongeng. Tapi dialogmu barusan sungguh sangat monoton. Akan sangat bagus apabila kau berkata hal yang cukup unik dari biasanya” kata Baroth menyindir membalas cacian yang dikeluarkan Arleth “Baiklah jika itu mau kalian. Aku bersedia menjadi jin dalam lampu dan mengabulkan permintaan kalian” kata Arleth, secara sekejap tubuhnya mendadak menghilang. Lingkaran hitam muncul di tengah-tengah medan perang dan Arleth timbul di atasnya. Prajurit yang sebelumnya sibuk melawan burung buaya tiba-tiba keberadaan mereka lenyap membuat para prajurit diam menyaksikan apa yang ada di hadapan mereka. Sesosok wanita cantik dengan tatapan yang tajam dan mengancam. Raja Galliard yang mengetahui hal itu panik. Dia mengkhawatirkan keselamatan pasukannya. Dengan jarak dan kemampuannya yang seperti itu, bukan tidak mungkin bila wanita itu dapat menghabisi mereka semua dalam sekejap. Baroth yang juga panik berusaha berlari kembali menghadapi Si wanita. Namun saat ia hendak melangkah, Raja Galliard menghentikannya dan menyuruhnya tetap tenang berada di tempat. Baroth bingung apa yang ada di pikiran dan yang rajanya rencanakan. “Halo, kalian semua para prajurit Yagonia. Perkenalkan, aku adalah Sang Penyihir Hitam, Arleth. Namun kalian boleh memanggil apa saja yang kalian mau. Dan aku adalah Ratu pulau Induri yang baru. Walaupun kalian mungkin tidak begitu peduli dengan keadaan pulah itu sekarang, tetapi pulau itu masih berada dalam keadaan dan kondisi yang baik. Bahkan di tanganku, kejayaan penyihir dan Pulau Induri akan berada di masa puncaknya” ujar Arleth, memperkenalkan dirinya di hadapan para prajurit Di sisi lain, Rhianna sedang berlari sangat kencang mencoba mengejar dan membunuh Arleth dari belakang. Saking kencangnya, Raja Galliard dan Baroth yang tadi berada di sisinya sudah tak bisa lagi merasakan hawa keberadaannya. Lariannya yang membuat siapapun yang mencoba menyerangnya dalam kondisi itu tidak berarti apa-apa. Tubuhnya serasa seperti hantu yang sudah tidak terikat dengan dunia fisik Dengan sangat cepat Rhianna meloncat mencoba menusuk Arleth dari titik butanya. Namun percuma saja, Arleth sudah mengantisipasi itu. Serangan yang sangat cepat itu berhasil dihindari Arleth dengan sangat mudah, hanya sedikit orang yang dapat menghindari serangan Rhianna itu. Bahkan itu merupakan salah satu teknik terbaik yang dimiliki Rhianna. Melihat serangannya yang dengan mudah dihindari. Dengan muka kesal dan marah, ia melanjutkan serangannya. Tusukan pedang beruntun menghujani ke arah Arleth dengan sangat cepat-bahkan lebih cepat daripada serangan sebelumnya, namun juga dengan kuantitas yang amat banyak. Arleth yang melayang di udara dengan mudah menghindari serangan itu. Bahkan tubuh Arleth seperti mempunyai mata ketiga, mengetahui apa saja gerakan yang hendak Rhianna keluarkan. Untuk mata orang awam, pertarungan mereka berdua terlihat sangat luar biasa. Hanya terlihat angin yang bergerak dengan cepat dan juga beberapa kali kilatan cahaya refleksi dari perang Rhianna menyentuh sinar matahari “Apakah sudah cukup, kau telah memotong pembicaraanku yang penting dari tadi” kata Arleth kepada Rhianna. Arleth yang sedari tadi hanya menghindari serangan sekarang berganti menyerang Rhianna yang sudah kelelahan. Ia mengumpulkan energi hitamnya ke tangan terkumpul seperti gumpalan menjijikkan Dhuakk Rhianna terdorong terpental dan tersungkur diatas tanah. Sihir Arleth mengenai telak ke perut Rhianna membuat baju besi yang melindunginya berlubang dari depan dan belakang. untung saja tubuh fisiknya yang kuat melindunginya dari serangan mematikan. Namun tetap saja, serangan itu berhasil membuat Rhianna kesakitan dan tak sadarkan diri “Rhianna!” Baroth berteriak khawatir akan Rhianna. Ia tidak bisa menghampiri Rhianna, terlalu berbahaya. Sedangkan muka Raja Galliard terlihat sangat cemas. Ia hanya menundukkan kepalanya menyiratkan bahwa ia menyesal mengizinkan ini semua terjadi Setelah menyerang Rhianna, tubuh Arleth hilang lagi. Ia akhirnya datang dan muncul kembali ke hadapan Baroth dan Raja Galliard. Namun kali ini dengan ekspresi yang berbeda, sebelumnya ia nampak selalu tenang dan meremehkan. Sekarang nampak terburu-buru dan cemas, walaupun entah apa yang ia cemaskan. “Tenang Baroth, biar aku saja yang menghadapi dia. Lebih baik kau mundur saja” ucap Raja Galliard memerintah Baroth mengetahui kalau ia akan menyerang membabi buta setelah melihat rekannya tersungkur di atas tanah “Tapi yang mulia” Baroth membalas Raja Galliard merapal mengeluarkan mantra. Mendadak sayap keluar dari punggungnya, sayap itu terlihat terbentuk dari cahaya, namun tidak berkulit melainkan transparan. Mirip sayap milik peri ataupun malaikat. Raja Galliard melompat dengan beringas, menyerang Arleth yang sedari tadi diam memperhatikan.  “Akhirnya dimulai juga” Arleth berkata melihat yang serangan yang dilakukan Raja Galliard. Raja Galliard melancarkan serangan dengan sangat kuat dan terlihat berat. Serangan yang dicampur sihir cahaya dapat menghanguskan apapun yang tertebas di hadapannya. Namun Arleth dengan lincahnya masih tetap bisa menghindari.  Raja Galliard yang memiliki sayap, dapat dengan mudah bermanuver di atas udara dan menyusul kemanapun arah Arleth terbang menghindar. Pertarungan ini berlangsung dengan cukup lama. Hingga akhirnya energi Arleth yang sudah digunakan semenjak kedatangannya mengeluarkan burung buaya mencapai titik tertinggi. Pergerakan Arleth terlihat mulai melambat dalam menghindari serangan demi serangan yang dilancarkan Raja Galliard. Hingga akhirnya. Di suatu titik, Arleth yang kehabisan energi sudah tidak bisa berkutik. Raja Galliard yang menyadari hal itu langsung saja mengeluarkan serangan pamungkasnya ke arah Arleth dan  Srettt  itu berhasil mengenai pinggang Sang penyihir Sontak para prajurit yang menyaksikan hal menakjubkan itu bersorak sorai gembira Sang Raja berhasil mengalahkan musuhnya. Baroth yang juga menyaksikan hal itu sedari tadi ikut tersenyum. Walaupun tidak bertindak langsung, namun hatinya lega berhasil membalas perlakuan Arleth yang keji kepada Rhianna Disaat Arleth yang sedang tersungkur kesakitan, Raja Galliard diam mengamatinya menunggunya untuk pulih kembali dan melawannya lagi. Arleth membenci tatapan itu. Tatapan yang diberikan untuk mengasihi nyawa seseorang. Ia melihat tatapan Raja Galliard dengan sangat tajam menyiratkan ini semua belum berakhir. Tiba-tiba saja, Arleth bergerak membelakangi Raja Galliard. Ia berada dalam titik butanya. Dalam bahu belakangnya terbentuk carang yang panjang dengan ujung yang runcing. Bilah carang itu mengarah langsung ke leher Sang Raja mengancamnya untuk dibunuh. Raja Galliard tidak bisa mengeluarkan apa-apa, jika Arleth berkehendak ia mungkin bisa dibunuh waktu itu juga. Ia menunggu waktu yang tepat untuk bebas dari jeratan itu dan berbalik membunuhnya. Baroth yang juga mengetahui itu merasa geram, namun ia juga merasa terpedaya tak bisa apa-apa “Lihat ini, Raja kalian semua. Aku mendekapnya di dalam naungan sihirku. Aku ingin kalian para prajurit untuk mengenang hari ini, waktu ini, dan zaman ini adalah zaman keemasan penyihir Pulau Induri. Sudah lama kami menginginkan kedaulatan kami namun busuk termakan janji raja tamak kalian. Dan ingat wajah ini baik-baik. Wajah ini akan memburu kalian dalam mimpi baik siang dan malam yang akan datang. Permohonan ampun tidak berguna padaku. Dan kalian sudah telat untuk meminta maaf.” Dengan cepat Arleth menusuk leher Raja Galliard dan melubanginya. Sang raja yang nampak lelah tak berdaya jatuh ke tanah.  Baroth yang marah langsung saja meloncat mencoba memburu sang penyihir. Namun ia tak memiliki kesempatan, Arleth hilang dalam sekejap mata. Jejaknya hilang tak meninggalkan bekas apapun. Melihat itu Baroth langsung teriak. Ia menyesali apa yang sudah terjadi hari ini. Ia membanting pedangnya ke pasir. Ekspresinya menunjukkan wajah yang terpuruk putus asa Sementara itu prajurit lain yang ada di sekitar Baroth mencoba menghampiri Sang Raja. Ia memeriksa kondisi Raja Galliard dan hal yang tak diduga terjadi. Padang pasir yang ramai akan peperangan berubah hanya terdengar desiran pasir yang bergidik dan angin yang meniup bersahut-sahutan. Langit kembali menjadi cerah, terik matahari memanggang armor besi tua itu penuh dengan kebanggaan Sang Raja telah mati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD