PROLOG

533 Words
Tak ada perasaan yang lebih hebat saat melepaskan orang yang membuat kita jatuh cinta, untuk bahagia bersama dengan orang yang dia cintai. Rudolf tak dapat menampik perasaannya yang mendalam pada Anya. Gadis cantik yang berhasil membuatnya jatuh cinta untuk kedua kalinya. Sosok Anya yang telah menarik mundur Rudolf pada suatu masa. Rambut coklat, tatapan lembut dan sosok yang membuat orang mudah untuk jatuh cinta padanya. Wanita yang tulus dan setia pada cintanya, mempertahankan kelogikaan pada arus perasaan yang mengalir deras memenuhi kehidupannya.    Perjalanan dalam pencarian arti kata cinta membawa Rudolf Richard Felix pada pertemuannya dengan sosok masa lalu, Alena Harris.   Alena tak pernah berpikir kehidupan akan membawanya pada pertemuan kembali dengan masa lalu. Keputusannya untuk pindah ke London membawanya pada cinta paling indah yang pernah hadir dalam kehidupannya, namun berakhir dengan tragis, menyisakan kesakitan yang hingga kini belum berakhir seutuhnya. Rudolf kembali. Rudolf lebih tampan dari sosok yang Alena pernah ingat dalam otaknya. Napasnya terasa tersekat saat tatapan mata coklat Rudolf menghujamnya. “Alena.” Suara berat yang masih terdengar di setiap mimpi Alena saat ia merasakan kerindukan pada pria itu. Suara yang tak mampu ia singkirkan. “Felix,” desis Alena saat ia berdiri menjulang dihadapannya. Hanya Alena yang memanggilnya dengan nama itu. Aroma mint yang bercampur dengan aroma maskulin yang menguar dari dalam kulit Rudolf membuat jantung Alena berdetak lebih kencang. Dadanya terasa bergemuruh. Mata coklat milik Rudolf masih terasa sama saat menatap dirinya. “Lepaskan aku, Felix,” kata Alena sambil menyingkirkan telapak tangan lebar Rudolf yang mencengkram lengannya. “Aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi, Alena.”   ***   “Aku telah memeriksa keterkaitan mantan tunanganmu yang kembali dengan Colin Steward. Mungkin alibinya pada pertemuan malam itu cukup kuat, tapi apa yang ada dalam catatanku semuanya tampak jelas jika Rudolf Felix lah pelakunya, Mrs. Harris.” Alena merasakan sekujur tubuhnya membeku, darah segar telah menghilang meninggalkan setiap aliran darahnya. “Begitu, kah? Aku dan dia, kami---” “Kau kembali pada suamimu?” “Ya, aku rasa tak ada lagi hubungan antara aku dan Mr. Felix. Kami… Tidak, maksudku aku telah memutuskan untuk kembali pada suamiku.”  Meski belum sepenuhnya membaik, namun kesadaran Sergei sudah sepenuhnya. Ia telah mampu duduk bersandar di ranjang rumah sakit. Ingatannya perlahan mulai kembali. “Melepaskanmu akan membunuhku, Alena.” “Felix,” desis Alena serak. “Aku tidak akan menyakitimu demi mempertahankan dirimu, Sayang.” “Sialnya aku tidak ingin kau pergi kemana-mana.” Rudolf menghembuskan napasnya dengan keras. “Semua pengacaraku akan berbicara dengan polisi besok untuk mencari tahu segalanya.” Alena mendongak untuk menempelkan bibirnya dengan lembut ke bibir Rudolf. Keduanya seakan terikat untuk merahasiakan kejahatan yang ada diantara mereka. “Aku harus tahu bahwa wanita yang aku cintai bisa hidup dengan apa yang sudah aku lakukan,” ucap Rudolf lirih sambil melilitkan rambut hitam Alena di antara jarinya. Mulutnya kembali menemukan mulut wanitanya. “Sentuh aku.” Kata-kata Rudolf terdengar memerintah. Ada kesakitan dan desakan seksual yang tersirat di dalamnya. “Sedang aku lakukan.” Jemari Alena menangkupnya, denyut nadinya semakin cepat saat menyadari bahwa Rudolf tidak mengenakan celana dalam. “Sayang, kau…” desah Alena dengan tatapan berbinar. “Kau selalu membuatku mendamba akan dirimu, Alena.”    ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD