Bab 3. Vinco Ambrue

3064 Words
Keheningan kembali menyelimuti setelah keduanya menyelesaikan makan mereka. Merry yang berusaha bersikap biasa berakhir dengan tertegun seperti orang bodoh saat ini. Dia tidak tahu sampai kapan Alden akan bersikap seperti manusia patung. “Tuan, saya minta maaf atas semua kesalahpahaman ini. Jadi saya harap anda-” Merry belum selesai bicara tapi Alden dengan tegas berdiri dari tempat tersebut seolah enggan mendengarkan kalimat lanjutan yang akan Merry katakan. Sejak tadi wajah Alden memang terlihat sangat datar hingga Merry tidak bisa mengartikan sama sekali. Suara pintu kamar yang tertutup membuat Merry bangkir dari duduknya. Alden meninggalkan wanita itu sendiri, tapi seolah keberuntungan sedang berpihak, Merry mendengar seseorang menekan bel masuk. Gadis itu pun dengan cepat melangkah dan bersiap di depan pintu. tit, pintu terbuka dan- “Tutup pintunya!” Alden berteriak kuat, tapi Merry sudah keluar dari ruangan tersebut. Dia tidak mendengar apa yang di katakan Alden sama sekali, karena Merry langsung berlari keluar dari kediaman Alden. Merry sangat cemas jika orang desa mencarinya. Bagaimana pun Merry tidak pernah meninggalkan kediaman selama ini. Semoga saja para tetua di Desa tidak khawatir, dan jangan sampai Ned berkunjung ke rumah. Merry berkata pada dirinya sendiri. Selepas Merry pergi, Alden menatap mata Vinco, yang merupakan kaki tangan di menara sihir. Dia juga bertugas sebagai sekretaris saat Alden memainkan perannya sebagai manusia. “Bukankah itu Nona Merry?! bagaimana bisa anda menemukannya?!” Tubuh Alden terlemas hingga bersandar di dinding. “Apa ini benar-benar kutukan? Sejauh apapun kami melangkah akan tetap bertemu, dan itu berarti Merry tetap akan mati.” Vinco terdiam, dia menatap Tuannya yang kini terduduk lemas tanpa apapun, mata merah itu menyiratkan kemarahan yang juga luar biasa. Vinco tahu kalau Tuan Alden sedang bertengkar dengan para Dewa dan Klan suci lainnya. Ini semua karena kutukan yang berlangsung pada dirinya dan Nona Merry. “Tuan, saya rasa anda tidak bisa bergerak dengan jelas. Saya rasa ini seperti pancingan orang-orang yang sedang menantang anda. Bagaimana menurut Tuan? Mereka cukup kejam karena menggunakan Nona Merry untuk menakan anda. Apalagi bayi anda memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hebohnya menara, saat bayi anda mulai tumbuh dewasa.” Alden terdiam sejenak, yang di katakan Vinco ada benarnya juga. Dia tidak bisa berpihak di satu sisi saja! Bagaimana pun keadaan ini benar-benar menyebalkan sekali. “Aku akan pergi ke menara suci, mereka pikir karena hebat dan memiliki sihir dan abadi, bisa berbuat seenaknya pada seorang manusia. Jika seperti ini, sama saja dengan menjajah. Apa kau mengerti apa yang aku katakan?! aku buat ingin mengatakan omong kosong saja, tapi sebuah kesimpulan harus di ambil. Apa yang mereka inginkan? Itu adalah pertanyaan yang sangat tepat.” “Pertumpahan darah di Obeon memang sudah tak bisa di hindari. Hanya saja sejak ada perjanjian antara manusia abadi dan manusia, kita kaum Obeon tidak lagi mengganggu dunia ini. Padahal bisa di katakan, di dunia Obeon semua hidup lebih dari kata cukup. Bahkan kita sangat hebat dalam mengendalikan banyak hal. Bagaimana bisa kaum Obeon masih ingin merebut rumah para manusia yang lemah.” “Bukan kaum Obeon, tapi oknum tertentu yang melakukannya demi kesenangan diri mereka. Tapi aku tidak ingin hilang kesadaran karena ini, ada masanya seseorang merasa sangat cemas, seperti pimpinan Obeon kita. Dia merasa sangat takut, dia merasa lemah dan tidak bisa bernapas dengan benar. Karena manusia mendapatkan kenikmatan hidup dari kematian.” “Hih… jika membayangkan hal itu saya langsung bergindik ngeri. Bukankah hal itu tak pantas di lakukan oleh kaum Obeon? Kita Klan terkuat. Saya merasa seperti kita memainkan semut di dinding.” “Yang jelas, aku harus segera pergi dari tempat ini. Aku tidak boleh bertemu dengan Merry sampai bayi itu berusia 7 tahun. Aku tidak bisa menghindari takdir yang sudah aku bawa untuk orang lain walaupun sangat mengerikan sekali. Bukankah kita semua sebaiknya menjaga diri masing-masing? Aku tidak tahu siapa dalangnya yang pasti mereka juga mengincar Merry. Jadi aku minta tolong pasangkan dinding pelindung dan hilangkan wangi tubuh Merry. Dia tidak boleh di temukan oleh siapapun, apa kau mengerti?!” “Saya sangat mengerti dengan yang anda katakan, Tuan! Saya bergerak sekarang.” Obeon adalah dunia yang di buat oleh kekuatan sihir untuk memisahkan diri dari manusia yang di anggap sebagai sampah oleh beberapa orang kuat yang abadi. Awalnya Alden juga termasuk dalam rongga itu, sampai dia bertemu dengan Merry yang bereinkarnasi saat Alden menginginkan kehidupan yang bahagia. Alden yang merasa tak senang pun dengan sihirnya menuju Obeon, dia harus bertemu dengan Dewa Suci yang sangat paham dengan apa yang terjadi. Untuk saat ini tak ada gunannya jika harus bertengkar dengan para Dewa kuil suci. "Katakan padaku, apa dia ada di dalam." "Tuan, Alden! Anda harus bicara lebih sopan karena ini adalah istana para penyihir." Alden tersenyum, "ini Istana penyihiri, tapi tidak ada yang lebih hebat dari diriku, Penyihir Agung." "Tu, Tuan Alden." "Biarkan pengacau itu masuk, kau tidak akan bisa menahan dirinya dengan cara seperti itu. Buka saja pintunya, aku akan bicara pada pria gila ini. Wah Alden, kau kembali ke Obean pasti untuk mengamuk. Aku sudah menduga semua ini akan terjadi, pasti ada salah satu Klan yang ingin mengancam dirimu. Makanya mereka menunjukkan wajah Merry." “Aku sungguh tidak peduli dengan apa yang kau katakan saat ini. Hanya saja kau perlu tahu, bahwa aku tidak segan menyegel tempat ini seperti dulu.” Alden meringis kesal. “Kalian membantu Merry reinkarnasi karena tak bisa membuka segel, bukan?! aku ini bukan penyihir yang bodoh. Sampai waktunya tiba, jika kalian berani mengancam diriku melalui Merry, maka aku tak segan melakukan hal gila untuk kedua kalinya.” Aku Raja di Istana sihir ini, tapi kau terlihat lebih hebat dariku. Aku berlindung di belakang punggung itu, jadi mana mungkin aku berani mempermainkan dirimu.” Alden tak percaya, Leon adalah Raja yang sangat lembut dari luar tapi hanya kepribadian gila yang bertahan di tubuhnya. Tak ada yang pria itu inginkan kecuali menjadikan Alden sebagai peliharaan. Ini memang sangat menyakitkan tapi bagi Alden tak ada cara lain agar Merry bisa reinkarnasi dan hidup bahagia. Apalagi saat ini sudah ada bayi itu, Alden di ikat dengan kuat oleh Leon karena orang yang dirinya kasihi.  “Aku tidak mungkin bisa percaya padamu, bagaimana pun hasilnya selama itu tak menguntungkan bagimu, maka tak ada kebaikan untuk orang lain. Hampir seribu tahun, Leon Obeon! Aku mengikuti apa yang kau inginkan sebagai teman. Tapi kau malah mempermainkan kebahagiaan yang ingin aku miliki.” Wajah Leon langsung murka. “Kebahagiaan yang kau dapatkan harusnya datang dariku! Kita sahabat baik sejak awal, tapi karena wanita itu kau malah sibuk mengurus dirinya hingga tak tahu saat ayah dan ibu di bunuh. Apa itu kebahagiaan? Kau bahagia di atas rasa sakitku! Apa itu yang namanya teman? Aku tak percaya bisa melalui pertentangan dengan dirimu. Tapi satu yang pasti, aku tak bisa tinggal diam jika kau mengabaikan Obeon dan memiliki dia.” “Kau masih saja gila, Leon! Apapun yang aku usahakan, jika sang pencipta ingin ibu dan ayahmu mati apa kau harus menyalahkan aku seperti ini?! sekarang pikirkan saja baiknya bagaimana? Karena aku pasti akan mengunci seluruh Obeon jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.” “Pergilah dari sini, Alden! Aku tidak ingin melihat wajahmu yang menyebalkan itu. Semoga saja semua yang kau lakukan mendapatkan cinta yang tulus darinya. Tapi kau harus ingat satu hal, dia manusia yang penuh hawa nafsu. Dia tak akan menunggumu jika ada pria lain yang bersedia bersamanya.” “Lagi-lagi kau mengatakan hal yang tidak penting untukku. Leon, kau harus tahu kalau aku tidak menginginkan apapun kecuali dirimu. Jika nanti masalah semakin berlanjut, maka aku tidak akan segan. Ingat itu.” Aku dan Leon memang bersahabat, tapi dia semakin gila dengan obsesi dan menginginkan aku menjadi sepertinya juga. Dia sanggup hidup tanpa cinta dan hanya menginginkan dunia sihir yang luar biasa. Sedangkan aku yang sudah bertemu sebuah cinta menjadi agak gila dengan perasaan ini. Aku terus mengulang waktu menunggu reinkarnasi yang sungguh tidak tahu kapan akan tiba. “Alden, dengarkan aku!” Alden tak peduli, dia dan Leon sudah tak sepaham sama sekali. Jika suatu saat dia harus melawan Leon maka semua itu akan di lakukan seperti dulu. Toh dia juga tak pernah mengasihi siappun yang ada di samping Alden. “Aku tak ingin mendengarkan apapun darimu! Aku tahu kita berteman, tapi jalan kita sudah sangat berbeda! Aku harap suatu saat kau akan menemui hati yang tulus dan jatuh dalam perasaan yang luar biasa.” “Cih, itu terdengar seperti kutukan, Alden! Kau ingin aku jatuh cinta? Aku tidak akan pernah melakukannya karena itu sangat menyakitkan. Aku berharap suatu saat kau akan menemukan perasaan yang tak bisa kau bendung, kau harus melepaskan Merry. Dia bukan takdirmu.” “Lalu? Apa dia takdirmu? Bukankah kau yang menemukan dia pertama kali? Bukankah kau juga yang membuat aku jatuh cinta padanya? Seandainya hari itu kau tidak membawanya kehadapanku, maka tak akan ada peristiwa ini. Jadi jika kau ingin menyalahkan seseorang, maka salahkan dirimu saja.” Leon terdiam sejenak, dia mengingat kembali semua kejadian. Entah kenapa Leon ingin sekali mengepalkan tinju dan menghancurkan ruangan ini. “Ya, aku menyesal dan membunuhnya adalah tugasku agar kau kembali sadar dari kerasukan ini. Aku tidak akan membiarkan dirimu di rebut olehnya.” Alden memejamkan mata, “Kau tidak akan pernah mengetahui takdir yang sebenarnya. Aku dan dia di pertemukan olehmu karena sebuah alasan tapi hatimu terus menolaknya. Kau tahu seharusnya Obeon tak ada di dunia ini. Kita bisa berbaur dengan manusia, tapi kenapa masih menginginkan kasta yang lebih tinggi? Kau, aku dan Merry adalah sahabat beribu tahun yang lalu.” Pria itu berjalan keluar dari ruangan Raja, dia tak peduli dengan teriakan yang terus memanggil dirinya. Bagaikan matahari di pagi hari, Alden merasa terbayang wajah Merry dan senyum manisnya. Wajah wanita itu tak berubah sedikit pun hingga membuat hati Alden sungguh sesak. Dia tidak marah sedikit pun saat aku membuang dirinya dengan mudah, kapan semua ini akan berakhir! Kalau Merry tahu siapa aku, bagaimana reaksinya? Dan bagaimana kalau dia mengetahui mengenai bayi yang ada padaku?! ah.. aku benar-benar sudah gila, kenapa aku tak bisa menahan diri. Padahal selama ini aku sengaja datang pada Merry dengan pikirannya. Tapi bagaimana bisa dia juga tinggal di tempat yang sama? Aku memang sudah terjebak oleh Penyihir Suci. “Tuan, anda telah kembali? Anak Anda tumbuh dengan sangat cepat, kini dia sudah bisa bicara! Padahal umurnya baru 3 bulan. Luar biasa sekali anak penyihir agung kita. Saya sarankan anda pergi bersama bayi tersebut menemui ibunya. Ini wajib Tuan, saya rasa dia menginginkan air ASI ibu kandungnya.” “Dia benar-benar bisa bicara?!” Sanga pelayan mengangguk, Vinco tidak berbohong karena ini adalah suatu yang sangat langka. Bagaimana bisa dirinya berbohong, Tuan Alden harus melihat anaknya yang berkembang sangat pesat. Dia semakin hari malah semakin cerdas. Bahkan bayi yang belum di beri nama itu sudah bisa mengatur pikiran orang lain, membuang aura negatif dan menginfus dengan aura positif. “Tuan, saya rasa anda telah mendapatkan ahli waris. Bayi anda bisa mengatakan semua hal dengan telepati. Selain itu dia juga bisa membuang energi buruk. Saya rasa ini adalah sebuah keahlian yang sangat langka, anda sangat beruntung, Tuan.” Selama ini, Tuan Alden hidup sendiri. ini adalah tahun ke 500 aku melayani dirinya. Beliau yang tak haus kekayaan atau apapun selalu bergerak dengan cepat bila Istana Obeon memanggil.Tapi sayang semua itu tak seimbang sama sekali, Tuan Alden seperti tidak mendapatkan kebahagian sendiri. Dia sangat murung dan tak bisa bernapas dengan benar. Raja Obeon, Leon. Dia memberikan kutukan pada Tuan Alden, siapa yang membuat Alden jatuh cinta maka hidupnya akan sengsara. Dan di sinilah semua kisah berlaku. Walaupun Raja Leon sudah mengungkapkan kesedihan hatinya, dan permohonan maaf. Tetap saja Sihir kutukan itu tak hilang sama sekali, dan ini sungguh sangat menyedihkan. Tuan Alden harus berkali-kali melihat kematian Nona Merry, tapi cinta itu sangat buta. Sampai sebuah kesalahan menjadi sebuah ancaman baru. Padahal Tuan Alden tidak boleh memiliki banyak orang yang di kasihi. Semua ini sangat rumit, pelayan di rumah pun juga sangat paham. Oleh karena itu mereka merawat bayi Penyihir Agung dengan sangat hari-hati. Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya. begitulah semua harus di jalani. "Hey, kau termenung? apa yang kau pikirkan sampai tak mendengar apa yang aku katakan, hah? pasti lagi-lagi kau panik."  Tak bisa tidur, Alden menatap wajah Merry dari balik telapak tangannya. Gadis itu sedang tertidur lelap dan bagian puncak miliknya kini telah basah dengan ASI. Merry juga bingung kenapa dia mengeluarkan ASI seperti ini. Tapi dia pikir ini hanya sebuah gejala alam saja, karena Merry sudah ke dokter, mereka pun bingung dengan apa yang terjadi. Tak ada tanda-tanda melahirkan pada diri Merry. Lalu ASI itu sungguh membingungkan saja. “Lihatlah ibumu Alme, dia sangat lelap tertidur. Dan sebentar lagi dia akan mencariku di dalam mimpinya. Ayah tak inginkan apapun dari Ibu, tapi dia yang terus menarik ayah sampai seperti ini.” “Apa Ayah sedang menyombongkan diri?! aku tahu ayah tak sungguh-sungguh menyesal. Pantas aku tampan, ibuku sangat cantik ternyata! Ini luar biasa sekali, kenapa dia mau bersama dengan ayah?!” “Apa itu kalimat menghina? Kau baru saja menghinaku?! sebagai pria tampan yang abadi aku ini sangat pandai memilih wanita, dan aku sudah menolak dua kali anak Raja yang tergila-gila padaku. Jadi jangan salah, aku ini sangat populer di kalangan para wanita.” “Kau membodohi dirimu sendiri, Tuan! Sekarang berhenti bicara karena aku ingin ASI, aku ingin minum air nikmat itu. Jangan bergerak lambat dong, ini ‘kan milikku!” “Ya, aku tahu ASI itu milikmu, tapi jangan Arrogant seperti itu. Ayah akan menunggu sampai kau selesai menyusu pada ibumu.” Alme merasa tak sabar lagi, dia langsung tersenyum dengan pipi merah yang gembul. Alden pun perlahan membuka pakaian Merry ke atas. Jantung Alden tak menentu saat melihat puncak gunung milik Merry. Semuanya padat dan penuh dengan ASI hingga berlimpah tembus keluar. Sungguh sangat menggairahkan, bohong sekali jika Alden tak menginginkan juga.” “Ayah! Kenapa menung, cepat keluarkan penampung ASI-ku, aku sudah lapar dan ingin mengosongkan benda itu secepat mungkin. Cepatlah, jangan seperti orang bodoh! Aku tidak suka melihatmu membantu seperti itu. Saat ini bukan saatnya kau untuk temenung, ingat semua ini milikku.” Alden membuka mulutnya, untunglah bayi ini buah cinta dengan Merry. Kalau tidak mungkin Alden sudah mengunci mulutnya dengan mantra hingga tak bisa bicara lagi. Sungguh menyebalkan! Umpatnya dalam hati. “Kau mengumpat untukku? Aku akan katakan pada ibu kalau ayah tak bisa mengurusku dan mengumpat setiap hari, aku tak suka hidup dengan ayah.” Wajah Alden berubah muram, “Apa setiap hari? Aku baru satu kali ini melakukannya dan itu hanya di dalam hati. Bisa-bisanya kau mengatakan bahwa aku melakukannya setiap hari?!” “Ibu lihatlah, ayah tak suka padaku!” “Hah?!” Alden mau gila rasanya karena tuduhan yang di berikan sang anak bertubi-tubi. Kapan dia melakukannya? Bahkan tak ada kebutuhan Alme yang tak terpenuhi. Bisa-bisanya dia berkata gila seperti ini, apa dia ingin aku dan Merry bertengkar?! “Ayah keluarkan mimik tutu Ibu, aku sudah tidak tahan.” Alden menghela, batangan miliknya sudah bereaksi. Dia bahkan bergerak ke atas dan ke bawah karena begitu tak tahan melihat gunung kembar itu terganjal oleh pakaian dalam. Ah, tanganku terkena put-ng Merry, ah tidak! Aku benar-benar menegang. “Alme cepatlah!” Alden yang sudah tidak tahan memalingkan wajahnya. Alme yang sejak tadi melihat tidak paham sama sekali dengan apa yang terjadi pada sang ayah. Dia di letakkan Alden tepat di samping Merry yang di buat tidur dengan miring hingga mimik tutu miliknya tumpah. “Alden… Alden… itu kamu, bukan?! Ssst! Kau menghisap milikku tanpa permisi!” Merry bergumam dan itu membuat Alden semakin menegang, dia berharap Alme lekas meminum ASI. Mengantar bayi itu pulang dan kembali lagi ke sini. Bermain dengan Merry hingga malam berakhir. Rasanya sangat nyeri, Alden tak bisa bernapas, dia menginginkan Merry lebih dari apapun. Jika aku melepaskan hisapan itu, maka sampai rumah Alme akan mengamuk. Dia akan menangis sepanjang malam sebagai bentuk pemberontakan. Aku tidak mau di habisi anak itu, rasanya aku tidak bisa hidup saat dia menangis. Aku mengerti Alme masih bayi, tapi apa maksudnya melirikku seperti itu? Apa dia benar-benar merasa aku akan merebut tanpa ikut mengantri? Ah, bocah nakal! Harusnya aku yang mengaturnya, bukan dia yang mengatur diriku seperti ini. Alden menatap wajah anaknya yang menghisap penuh nikmat pada milik Merry sang ibu. Sesekali Merry mendesis karena perasaan yang sungguh nyata saat Alme menghisap miliknya penuh semangat. Pipi dan bibir anak itu bergerak terus, dia seperti sedang mengejek Alden. “Alme, hentikan! Kau bisa menghisap darah, hentikan! Ini sudah satu jam lebih.” Alden melihat mata Alme yang kini memerah. Anak itu sudah tak sadarkan diri, dia harus di ambil dari ujung gunung kembar Merry. Kalau tidak Alme akan menimbulkan masalah yang tidak akan bisa di selesaikan oleh siapapun. Ini mengerikan sekali! Alden dengan cepat mengunci Alme, dengan matra yang dia baca bocah itu tertidur di dalam gelembung air. Alden menatap sebentar wajah Merry dan mencium keningnya singkat. Maafkan aku, dan anak kita! Alden pun pergi menuju menara sihir. Keinginannya untuk masuk ke dalam mimpi Merry kini gagal, dan saat ini semuanya semakin jelas. Alme mengambil separuh dari kakeknya yang merupakan Raja Iblis. Semua ini sangat sama dengan dirinya bila tak bisa di kendalikan. Sungguh Alden tak percaya dengan apa yang dia lihat! Bisa-bisanya Alme menunjukkan dirinya di usia 2 bulan ini. “Bawa Alme ke kamar dan jangan sampai lingkaran sihir itu pecah! Aku tidak ingin dia bangun, dan kau Vinco akan aku tugaskan langsung untuk menjaga Alme. Dia segalanya bagiku!” Vinco terkejut dengan apa yang di katakan oleh Alden, pria itu tak pernah mengatakan apapun tentang Alme. Dia tak bilang setuju dan tak bilang tidak setuju. Dia membiarkan saja Alme selama ini ada di rumah, seolah tak ada masalah yang berarti sama sekali. Tapi entah kenapa malam ini Tuan Alden mengeluarkan kalimat seolah dia akan melakukan apa saja demi Alme? Vinco menggelengkan kepala Aku yakin Tuan hanya ingin melakukan sesuatu padanya, mana mungkin Tuan bisa berubah secepat itu demi seorang anak kecil yang kehadirannya membuat kacau menara Sihir Agung. “Tuan, saya akan melakukan apa saja demi keluarga ini, jadi anda tidak perlu takut untuk menitipkan Alme pada saya. Karena dia adalah bagian dari Anda, Tuan!” “Aku akan pergi menemui ayahku, jadi urus dia baik-baik! Tidak sudah mewarisi hal yang tidak penting, setidaknya dia harus mencari solusi yang benar. Jika semua itu tak bisa untukku, aku ingin dia melakukan untuk cucunya. Benar-benar menyebalkan sekali!” -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD