"Om, please talak aku dong Om!" pinta Airin memelas sambil menangkupkan kedua tangan di depan d**a. "Kenapa?" tanya Kemal heran. "Aku ingin segera pensiun jadi istri Om. Lalu nikah sama anak Om deh, hee," sahut Airin santai dengan nyengir kuda. "Apa kamu nggak pernah ngaji?" selidik Kemal. "Ya, pernah lah Om," pekik Airin. "Apa kamu nggak tahu, kalau mantan ibu tiri itu haram hukumnya, menikah dengan anak tirinya!" jelas Kemal tegas. Airin melongok tak percaya dengan informasi yang barusan dia dapat dari suaminya. "Ta—tapi kan, aku masih pe—ra—wan," kilah Airin gugup. "Tetap haram, baik yang sudah disetubuhi atau pun belum Ay," terang Kemal dengan senyum penuh seringai. "Om brewok, sang devil!" geram Airin sambil memukul lengan Kemal. Namun Kemal membiarkan istri kecilnya itu terus memukulinya. Rasa benci makin menyeruak. Airin merasa semua ini memang rencana Kemal agar dia tidak bisa menikah dengan Altan. Sanggupkah Airin melewati ini semua? Menikah dengan Ayah dari sang kekasih pujaan hati!

"PERGI PENIPU!" bentaknya. Menghela nafas dalam dan menghembuskannya. Aku berlari kecil ke lemari berganti pakaian dengan cepat dan menarik tas lalu berjalan ke pintu luar. Agak sulit membuka kunci karena tangan gemeteran dengan tangis yang tak bisa berhenti ini. Aku terus berjalan mengikuti kemana kaki ini menentukan arah langkahnya. Meski begitu sakit dibagian daerah sensitive karena ulah lelaki yang mengusirku setelah mengambil kegadisanku. Sebuah kejadian yang sudah Ele bayangkan akhirnya terjadi. Tama tahu bahwa dia bukanlah Helena sang tunangan yang begitu Tama cintai itu.