√ Welcome to My world ^^ || Lilis suryani 04/03/95 || TTK
⛔ Plagiat dilarang mendekat!
⛔ Dilarang keras main ambil seenaknya apa yang ada dalam cerita saya.
Selma Naomi Amida adalah seorang penulis. Sejak duduk di bangku SMA, cerita sad ending selalu menjadi santapan favoritnya--terutama tentang kanker. Bagi Nao, cerita seperti itu lebih banyak menitipkan pesan. Bahkan, ia tak segan bertemu langsung dengan para pengidap kanker agar bisa menyaksikan langsung bagaimana mereka berjuang.
Di tengah-tengah masa menulisnya, Nao dipertemukan dengan kakak beradik yang ternyata mampu mengantarkannya pada alasan ia menulis sesungguhnya. Meskipun suatu kondisi--pada awalnya--membuat Nao terjebak dalam fantasi juga kesimpulan yang ditarik sendiri; terkurung dalam kesedihan tak berdasar, dan rasa takut yang sesungguhnya tanpa alasan, tapi Nao mampu mengatasinya dengan segera.
Pun berbanding lurus dengan kakak beradik yang Nao temui. Kehadiran Nao dengan cara yang begitu sederhana, rupanya berefek luar biasa bagi Orion dan Alfa. Nao membuat mereka menemukan alasan untuk tetap hidup dan sama-sama bahagia. Orion percaya, segala sesuatu yang terjadi untuk sebuah alasan. Termasuk pertemuannya dengan Nao.
"Sekalipun ada jutaan alasan yang mengharuskan aku pergi. Aku akan tetap tinggal bersama satu-satunya alasan yang membuatku bahagia. Dan itu kamu."
-Orion Nadif Yudistira-
Arlan hanya ingin menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya. Berusaha memenuhi yang mereka butuhkan, dan memberi semua yang tak pernah ia dapat dari kedua orang tuanya dulu.
Sayang, ketidaktahuan dan posisi Erland yang masih dalam masa pencarian, membuat semua bentuk perhatian juga kasih sayang yang diberikan Arlan sedemikian sulit diterima. Bahkan, akhirnya salah diterjemahkan.
Erland hanya butuh kebebasan, sedangkan Arlan mengharapkan sebuah penerimaan.
Mungkinkah ketakutan itu kembali menjelma menjadi sebuah kehilangan? Siapa yang pada akhirnya mencecap pahitnya ditinggalkan?
Jika Heksa peka urusan rasa, Reksa cenderung tajam dalam tatap. Meski dengan cara berbeda, keduanya mampu menerjemahkan dengan cepat sekecil apa pun kebohongan yang coba disembunyikan. Namun, sayang ... tak semua yang tertangkap netra bisa dengan mudah disuarakan. Yang menikam hati tak selalu terjamah seperti apa bentuknya.
Ada kata-kata yang tak terucap sebelum sakit sesungguhnya datang mendekap. Ada kata-kata yang tak terucap sebelum Tuhan mempersempit kontrak hidupnya. Ada kata-kata yang tak terucap sebelum keabadian datang, tersenyum, lalu merengkuhnya.
"Pa, Ma, hatiku sakit." -Pandu Heksa Baskara
"Seandainya aku lebih cepat memberi peringatan, paling tidak ada satu hati yang bisa aku selamatkan. Bukan diam lebih lama dan membiarkan kami hancur bersamaan."-Pandega Reksa Baskara
Daun tidak dihadirkan untuk membenci angin yang menjatuhkannya. Tak pula menaruh dendam pada alam yang membuatnya mengering dan terinjak. Bersedia mengampuni kendati dicederai berulang.
Begitupun Bayu. Bukan tak pernah patah setelah dilukai berkali-kali. Bohong pula bila disebut berhati luas sebab memiliki lautan maaf tanpa batas. Pemuda itu sama memiliki amarah seperti manusia kebanyakan, tetapi tak cukup berani untuk membenci seseorang yang seharusnya dia kasihi.
"Semua orang melakukan apa saja untuk membahagiakan orang yang mereka kasihi, bahkan jika harus hilang sekalipun." - Bayu Sandiarsa Wildani.
"Sebenarnya, yang membuatmu mencecap sakit sebuah perpisahan bukan orangnya, tetapi kebiasaan yang hilang dan kenangan yang ditinggalkan." - William Arkharega Virgie.
Dua hal yang paling dekat dengan manusia yakni mati juga patah hati. Seperti apa yang dialami seorang gadis belia berusia tujuh belas tahun, Belva Aura Naila Shafa. Raka Christian kekasihnya dalam sekejap berhasil melunturkan senyum tulus yang selalu tersungging dari bibirnya. Aura ingin mereka tetap bersama, namun takdir lebih memilih merampas paksa Raka dari sisinya. Rangkaian kebohongan yang Raka tinggalkan, tidak bisa dengan mudah dihapuskan, hingga perlahan mengubahnya menjadi sosok lain. Tak ada lagi Aura yang periang, ramah, dan lembut.
Bagaimana jadinya ketika sosok cuek, dan galak seperti Aura kedatangan tamu ajaib sejenis Gibran Febrian Emeraldi Utama. Cucu pemilik sekolah yang manja, jahil dan nakal luar biasa. Banyak kejadian-kejadian menjengkelkan yang dialami Aura semenjak bertemu dengan laki-laki itu. Lantas apakah Aura bersedia menyerahkan hatinya, ketika dengan manis Gibran memintanya? Maukah takdir berbaik hati pada keduanya, atau justru membuat Aura terpuruk untuk kesekian kalinya.
Aku dibesarkan dalam kebingungan
Dituntun berjalan menapaki lorong ketidakadilan
Jika memang tak pernah diharapkan
Mengapa hari itu aku tak lantas ditiadakan?
Percuma dilahirkan hanya untuk bermukim dalam sepi
Disudutkan ribuan tanya tanpa jawaban pasti
Terlempar pada rasa sakit yang tak kunjung menemui tepi
Mati perlahan berlabel "anak hasil kesalahan" yang alasannya tak jua kupahami.
Jika Tuhan memberiku waktu sedikit lebih lama dari yang telah digariskan
Aku hanya akan meminta agar aku dan Mommy dipertemukan
Ada banyak hal yang ingin kupertanyakan
Tentang mengapa aku ditinggalkan; seolah tak pernah diharapkan.
Mommy, apa anak seperti Gema memang tak layak disayangi?
[Gema Raihan Athaya]
Selma Naomi Amida tidak menyangka kalau biduk rumah tangganya yang baru menginjak tiga tahun akan dihantam badai besar. Sosok laki-laki yang begitu ia percaya nyatanya membuat hatinya patah berulang, memberi sakit tak berujung. Menghadapkannya pada sebuah persimpangan, apakah harus bertahan atau membiarkan kapalnya karam.
Meski perempuan itu penggemar cerita sad ending, Nao tidak menginginkan akhir yang sama untuk kehidupan rumah tangganya. Nao percaya, ada sesuatu yang mengubah Orionnya.
"Karena cinta tidak melulu bicara tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang kepercayan, kesetiaan, dan sebuah peneriman."
-Selma Naomi Amida
Dean dan Dee bersahabat sejak lama. Dean tahu apa pun tentang Dee, tapi gadis itu tak tahu banyak tentangnya. Seperti cangkang kapsul yang memang diciptakan untuk menyamarkan bahkan menutupi rasa pahit serta bau obat, Dean pun sama. Dia mengemas masalah juga kesedihannya dengan baik, menutup pahit hidupnya dengan sempurna.
Dean mencintai Dee. Namun hati seorang Dee tertinggal di masa lalu. Terkurung dalam amarah dan malu. Cinta berlebihan yang berujung pada kecewa tak terbantahkan.
Satu hal yang ingin Dean lakukan sebelum Tuhan memutus kontrak hidupnya, Dean ingin membantu Dee lepas dari masa lalunya. Melihat gadis itu hidup dengan baik, dengan atau tanpa kehadirannya.
"Dee, ada yang harus lo ingat, memaafkan adalah bagian penting dari melupakan."
√ Cover by : @Choco_el
Di dunia ini tak ada seorang anak pun yang menghendaki perpisahan orang tuanya, termasuk Raka Narendra Arvinza dan Rayyan Dhinakara Arvinza. Kakak beradik itu pada akhirnya harus merelakan hidup tanpa kasih sayang kedua orang tuanya yang memilih jalur perceraian.
"Kalau Mama sama Papa cerai, aku gak akan ikut siapapun!" Raka setengah berteriak dengan napas yang tersenggal menahan emosi.
"Idem!" Rayyan si bungsu menimpali.
Itu bentuk protes keduanya agar orang tua mereka tak jadi bercerai. Namun sayang, orang tua Raka dan Rayyan tetap bercerai. Raka dan Rayyan tentu tidak ingin dicap menjilat ludah sendiri, akhirnya kedua bocah itu memilih bertahan di rumah menunggu kakak tertua mereka-Ibel Kanaya Arvinza pulang. Ibel terkenal tegas, disiplin, galak, namun bijak seperti arti nama Arvinza yang ada dibelakang nama mereka. Sanggupkah Ibel mengurusi kedua adiknya? Mampukah ia menafkahi Raka dan Rayyan layaknya seorang papa? Bisakah gadis itu menggantikan tugas sang mama untuk mendewasakan kedua adiknya?
Dan apakah harapan ketiganya?
? Tak banyak harapan kami, hanya ingin Mama dan Papa kembali.
Gibran junior yang begitu dinantikan Inka dan Devan, ternyata lahir sebagai anak kembar. Devanio Arkan Emeraldi Utama & Devanio Arlan Emeraldi Utama itulah nama Indah yang dihadiahkan keduanya. Anak kembar namun tidak identik itu itu terlahir dalam kondisi berbeda. Arkan sang kakak sejak lahir mempunyai sistem imun yang lemah sehingga rentan sakit, sedangkan Arlan lebih sehat dari sang kakak. Tak disangka. perbedaan mencolok itu membuat mereka terpaksa dipisahkan. Namun tanpa sadar sikap membeda-bedakan yang Inka dan Devan tunjukan justru menyeret mereka ke dalam luka yang sama. Luka dalam yang sempat mereka rasakan jauh sebelum Arkan dan Arlan dilahirkan.