"Tiga tahun menikah kamu tidak juga memberiku keturunan. Melani, kamu kucerai sekarang juga." Tenggorokanku tercekat, dadaku berdenyar sakit. Kutarik napas panjang lalu aku mengangguk, tersenyum padanya seceria mungkin, tak peduli hatiku sakit. Aku tak ingin terlihat rapuh, aku menunjukkan kepada orang-orang betapa kuatnya aku selama ini. Saat teman atau tetangga tanya kapan punya anak, aku selalu tersenyum, walau jantung seperti diremas kuat. Sakit. Sekarang pun, saat suamiku menjatuhkan talak, aku tetap tenang. Tak ingin menanyakan alasannya, yang jelas-jelas aku tahu. Kemarin, aku mendapati pesan WAnya yang begitu mesra ke perempuan lain, yang isinya akan melamar perempuan itu segera setelah bercerai denganku. Siang hari saat aku ke kantornya, seorang perempuan cantik tengah bergelayu