Ivy kembali mengusap-usap mata. Sepertinya ia memang benar-benar tak salah lihat. “Wudu dulu di sana, Vy.” Nenek menunjuk kamar mandi di sudut kamar salat beralas karpet merah. Ivy langsung mengangguk. Ia memang asing dengan salat, hanya pernah melihat Liana salat, namun jika hanya wudu, ia bisa melakukannya. Ivy langsung menerima mukena yang diulurkan nenek begitu ia keluar dari kamar mandi. Ia benar-benar tak percaya saat Evan mulai mengimaninya dan nenek. Apa lagi-lagi ia tak salah lihat? Bagaimana bisa si pecandu seks bisa begitu fasih melafalkan ayat Alqur’an? Ini pasti karena bimbingan nenek sejak Evan kecil, Ivy menerka dalam hati. "Vy, nanti temui nenek di kamar," ucap nenek saat Ivy mencium tangannya usai salat. Ivy mengangguk kecil. Nenek segera meninggalkan tempat itu. "Tang