"Terima kasih sudah mengantarku. Sekarang, kamu boleh pulang," kata Ivy sambil melangkah menuju teras rumahnya. Ia membuka kunci dan menoleh saat mendengar helaan napas. Ia mengernyit melihat Evan berdiri di dekatnya bukannya segera pergi. Ivy mengerutkan kening, memandang Evan dengan wajah heran. "Cepat pergi. Mau apa kamu terus di sini? Besok, aku akam urus perceraian kita, Van," katanya dengan suara pelan. Malas ribut. Percuma saja meladeni Evan. Lelaki itu sepertinya mulai gila. Bagaimana mungkin tahu-tahu menemui Bu Desi? Merasakan sakit di hatinya, Evan menghela napas. Ia dorong pintu hingga membuka dan menghempaskan tubuh ke sofa. Ivy menyusul duduk di sofa seberang Evan, menatap lelaki itu dengan tatapan tak senang. "Maumu apa sebenarnya, Van? Kamu sudah mengacau. Maumu apa lag