Beberapa hari kemudian, Zayda sudah mulai kembali kuliah dan belajar seperti biasa, meski dengan beberapa bekas luka yang masih belum hilang sepenuhnya. "Ke kantin, yuk! Gue laper, nih!" kata Fina memutar tubuhnya pada Zayda, dia duduk di bangku depan soalnya. Tapi dilihatnya sahabatnya itu hanya diam menatap layar ponsel, yang sebenarnya hanya menunjukkan wallpaper polos saja. Zayda diberitahu jika malam ini Aruna ingin mereka berkumpul dan makan malam bersama, tapi neneknya itu tidak memberitahu jika akan ada acara lain di dalamnya. "Lo kenapa, sih?" tanya Fina melihat Zayda termangu. Zayda menggeleng seraya menghela napas panjang. "Bukan apa-apa!" tukasnya. Fina pun mengangkat bahu menanggapinya. "Lo beneran adiknya Pak Kalvin? Kok gue baru tahu!" celetuknya. "Enggak penting!"