Zayda mengobati luka di tangan Kalvin di klinik kampus, dengan telaten gadis itu membersihkan luka dan juga membalutnya. "Sudah selesai!" ucap Zayda, tersenyum puas melihat hasil kerjanya. Kalvin tersenyum sambil melihat tangannya yang kini terbalut perban. "Terima kasih," ucapnya, "seperti dirawat perawat sungguhan!" tambahnya sambil menyentuh puncak kepala Zayda dengan sayang. Zayda tersenyum, merasa bangga mendapat pujian dari Kalvin. "Lain kali kalau marah jangan berhadapan sama tembok, Kakak alihkan sama olahraga. Jadi marahnya, sekalian kardio juga, double untung 'kan!" katanya. Kalvin tertawa kecil seraya mengangguk membenarkan. "Oke, lain kali akan aku lakukan!" ujarnya. Keduanya pun tertawa bersamaan dengan ceria selayaknya kakak dan adik. "Ya sudah, kamu masih ada kela