Zayda terbangun beberapa saat kemudian, gadis itu meringis pelan sambil memegangi kepalanya. "Pelan-pelan, Sayang!" ucap Alena yang sejak tadi duduk menunggu putrinya itu. Zayda pun terjaga sepenuhnya dan menatap Alena, hanya beberapa detik saja ketika air matanya kembali mengalir dan dia menangis lirih. "Kenapa harus begini, Ma? Kenapa hidupku harus begini?" ucapnya dengan suara parau. Alena pun terenyuh, dia lalu menarik Zayda dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Mama tahu, Sayang. Ini berat untuk kamu dan juga buat Mama!" ucap Alena menangis. Zayda pun tertegun menyadari itu. Tak hanya dirinya, ibunya pun pasti sudah lebih dulu merasakan kepedihan ini, bahkan memendamnya selama puluhan tahun. "Mama," bisik Zayda, "aku cuma punya Mama!" ucapnya menangis tersedu-sedu seraya m