Zaka pasti melakukan sesuatu untuk mengintai setiap gerak gerikku dirumah ini, makanya selama ini dia seperti tau apa yang aku lakukan bahkan saat aku berada di dalam kamar tidur. Aku mencari sesuatu yang mencurigakan disetiap sudut kamar, siapa tau dia memasang CCTV atau kamera pengawas untuk mengawasiku, awas saja kalo itu memang benar-benar terjadi... aku akan buat perhitungan dengannya.
Tapi nihil
Tak ada satu barangpun yang mengindikasikan Zaka memasang CCTV dikamar ini, tapi darimana dia tau apa yang aku lakukan dikamar ini. Bulu kudukku langsung berdiri membayangkan Zaka memiliki ilmu hitam yang mampu membaca pikiran atau ilmu hitam yang bisa masuk ke kamar tanpa diketahui orang lain, ya semacam ilmu kanuragan.
Tok tok tok
Suasana mencekam saat aku mencari CCTV ditambah ketukan kamar lumayan keras membuatku sedikit kaget.
"Siapa" tanyaku.
"Mama" ternyata Mama yang mengetuk pintu, aku merapikan kamar yang berantakan secepat mungkin, agar Mama tidak curiga kenapa aku memberantakkan kamar tanpa sebab.
Aku membuka pintu dan melihat Mama serta Ara berdiri di depan pintu, Ara sepertinya sudah mandi dan mengganti bajunya dengan pakaian yang tak kalah Sexy saat dia datang tadi malam.
"Ada yang bisa Arum bantu Ma" tanyaku dengan sopan, bukannya menjawab Mama langsung mencengkram tanganku.
"Kita akhiri saja acting yang menjijikkan ini, kamu lupa kata-kata yang kamu ucapkan saat terakhir kita bertemu?, kamu sudah tidak menganggap saya mertua lagi dan berniat mengambil seluruh harta Galih untuk kamu dan anak-anak kamu, saya beritahu ya jangan harap bisa menyentuh harta Galih sepersenpun... Ara adalah calon istri yang tepat untuk Galih, dia tidak matre dan penggila harta seperti kamu, dasar cewek kampungan..." firasatku benar, keberadaan Ara bukan tanpa sebab dirumah ini, Mama memang menginginkan Ara sebagai istri Mas Galih dan aku tidak akan membiarkannya, Mas Galih milikku... maksudku milik Arum dan aku tidak akan membiarkan siapapun merebutnya.
Aku yakin Arum tidak akan pernah mengatakan hal itu. Arum tidak matre dan serakah seperti itu, memang dia membenci hidup susah dan miskin tapi dia tidak akan pernah menjadi wanita gila harta. Aku yakin Arum menikah dengan Mas Galih murni karena cinta bukan harta.
Aku tersenyum ramah seakan tidak peduli dengan apa yang Mama katakana barusan "Kenapa sih Ma, Mama nggak pernah bisa menerima kalo Arum ini istri sahnya Mas Galih, ditambah kami sudah memiliki 2 orang anak yang lucu-lucu, Arum mencintai Mas Galih tulus kok Ma, tanpa embel-embel harta... memangnya harta bisa dibawa mati" sindirku tajam, Mama semakin mencengkram kukunya di tanganku, perih tapi aku masih berusaha untuk bersikap acuh toh siksaan lebih dari ini sudah pernah aku alami dan aku bertahan, sama seperti kali ini aku akan bertahan hidup di rumah ini dan memperbaiki hubunganku yang memburuk dengan Mama.
"Ma, setelah kami menikah selama ini... mungkin bukan sekali ini Mama menyiksaku atau berusaha memisahkan aku dengan Mas Galih, tapi Mama bisa lihatkan... kami tetap bertahan menjaga pernikahan ini karena kami saling mencintai dengan tulus Ma, bukan karena harta... uang memang berguna tapi bukan menjadi patokan untuk bahagia, andai Mama tau aku lebih memilih hidup sederhana daripada bergelimang harta tapi kita musuhan layaknya anjing dan kucing" Mama melepaskan pegangannya, terlihat luka lumayan dalam akibat kuku Mama.
"Terkadang aku ingin seperti menantu yang lain, mendapat perhatian dari mertuanya... pergi salon bareng atau belanja ke mall sama anak-anak, tapi sepertinya itu hanya akan terjadi dalam mimpi... Mama tenang saja kalaupun Mas Galih menyerahkan semua hartanya buat aku, aku akan mengembalikan sama Mama tapi dengan syarat jangan ganggu pernikahan aku dengan Mas Galih" Mama terdiam, entahlah aku merasa Mama bukan type ibu mertua kejam, ada hal yang membuatnya seperti ini. Aku merasa Arum telah melakukan sesuatu atau ada seseorang yang ingin merusak hubungan keluarga ini, tapi siapa dan kenapa?.
"Sudah sudah Aunty, Ara pamit dulu... pasti Mas Galih sudah nungguin daritadi" ucapan Ara membuatku kaget, mereka mau bertemu? Kenapa dan dimana? Kapan mereka bisa sedekat ini, ya Tuhan ada aja masalah yang membuatku stress.
"Baiklah, hati-hati ya nak..."
Setelah mereka pergi, aku kembali masuk ke dalam kamar dan mengambil ponsel. AKu tertawa sinis karena tidak ada sedikitpun tanda-tanda Mas Galih menghubungiku.
"Kekanakan!!!" aku hendak membanting ponsel, tapi aku kembali ingat dengan tujuanku tadi, yaitu menghubungi Mas Galih untuk bertanya kenapa mereka bertemu tanpa sepengetahuanku dan kenapa dia bisa semarah ini, seharusnya aku yang marah karena tadi malam.... Aku menggelengkan kepalaku melupakan apa yang terjadi, anggap saja itu kesalahan yang tidak pernah terjadi.
Drttt drttt
Bagus teleponku tidak diangkat, sibuk banget kayaknya
Drttt drttt
"Halo"
"Sibuk banget ya sampai telepon aku nggak diangkat, Mas kenapa sih"
"Aku sibuk ada rapat, mungkin pulang agak malaman"
"Mas!!!"
Sialllll aku belum selesai bicara dan dia seenaknya memutuskan pembicaraan, hah rapat? sampai malam? aku nggak yakin dia ada rapat sedangkan tadi Ara bilang mereka ada janji bertemu. Aku bergegas ingin mengganti bajuku dan juga si kembar, aku harus memastikan mereka tidak melakukan apa-apa dibelakangku, meski aku yakin kalau semua ini terbongkar aku akan kehilangan semuanya bahkan aku pasti akan membusuk di penjara tapi tetap saja aku tidak rela Ara yang menggantikan kedudukan Arum dihati Mas Galih.
Saat aku berada di walk in closet dan membuka bajuku, tiba-tiba mataku melihat sesuatu hal penting yang sempat aku lupakan. Meski wajahku dan Arum identik tapi satu hal yang bisa membedakan aku dan dia yaitu bekas operasi ceasar saat dia melahirkan anak-anaknya!!!
Aku memegang perutku yang mulus, jangan-jangan Mas Galih menyadarinya dan dia mulai curiga makanya sehari ini dia sedikit aneh dan marah-marah tanpa alasan yang jelas, tanganku bergetar bahkan niat untuk pergi hilang begitu saja.
"Zakaaa meski dia menyebalkan dan menakutkan, hanya dia yang bisa membantuku saat ini" aku kembali memasang bajuku dan menghubungi Zaka untuk bertemu diluar rumah untuk membicarakan masalah penting.
****
Zaka mengerutkan keningnya saat aku menceritakan masalah yang hampir membuatku sakit kepala sepanjang perjalanan tadi. DItambah di kembar tiba-tiba rewel nggak jelas membuatku semakin panik.
"Aku sudah bilang... kamu harus bisa menahan diri!!!" bentaknya dengan keras.
"Sekarang bukan saatnya kamu menyalahkan aku, kamu harus bantu aku Zaka... please!!! Aku nggak tau dia menyadari atau tidak kalau diperutku sama sekali tidak ada bekas operasi ceasar, tapi sikapnya pagi tadi sepertinya dia menyadari luka itu nggak ada diperut aku" kataku ketakutan.
"Masalah bertambah pelik, seharusnya... ah sudahlah, aku ingatkan cukup sekali ini kamu berbuat kebodohan yang bisa membuat kita berdua membusuk di neraka, aku akan ubah semua file kesehatan kamu seolah-olah kamu melahirkan secara normal, beruntung saat Arum melahirkan Tuan Galih tidak berada disamping Arum hingga kita bisa menyakinkan dia kalau Arum melahirkan secara normal kalau dia bertanya atau mulai curiga, jadi aku mohon stop menggunakan perasaan disetiap acting kamu... Tuan Galih milik Arum bukan milik kamu meski kalian sudah melakukan hal bodoh" bodoh menurut kamu Zaka tapi indah menurutku, meski reaksiku setelahnya seperti gadis perawan yang dipaksa bercinta... ya aku menamparnya dan mungkin Mas Galih bertambah curiga kenapa seorang istri menampar suaminya setelah mereka b******a.
Ah nggak nggak itu bukan b******a tapi making love tanpa cinta, Mas Galih menyentuhku karena menganggap aku Arum bukan Arimbi.
"Baiklah, kamu benar... aku nggak akan melakukan hal bodoh yang bisa membahayakan kita berdua" aku tertawa miris, "aku kira lepas dari Benny akan membuatku hidup tenang karena terbebas dari siksaannya secara fisik tapi nyatanya dirumah itu batinku semakin tertekan dengan berbagai masalah dan juga rahasia yang semakin hari semakin terbuka dan yang membuat aku tak habis pikir, kenapa sepertinya ada segelintir pihak yang ingin merusak keluarga Baswedan, kenapa dan siapa? Apa kamu tau jawabannya?" tanyaku dengan nada heran, Zaka meminum sampai habis minumannya.
"Terkadang ada orang menginginkan orang lain hancur karena suatu alasan dan kalaupun ada yang berniat menghancurkan keluarga Tuan Galih, seharusnya Tuan Galih bertanya pada dirinya sendiri... telah berbuat apa atau telah melakukan apa terhadap orang-orang disekitarnya baik disengaja atau tidak disengaja" ujarnya penuh kalimat bermakna ganda, oke Zaka benar andaipun ada yang ingin menjahati Mas Galih, sebisa mungkin aku akan menggagalkan niat orang itu.
"Kamu tunggu dimobil saja, aku dan si kembar mau membeli sesuatu untuk makan malam" Zaka mengangguk dan meninggalkan aku dengan si kembar yang akhirnya tertidur di stroller mereka masing-masing.
"Mudah-mudahan Ayah kalian tidak menyadari luka ini, Bunda hanya ingin waktu lebih lama lagi untuk bisa bersama kalian dan Ayah kalian sampai waktunya Bunda harus pergi meninggalkan kalian untuk selamanya"aku mengelus pipi si kembar dan tanpa sengaja airmataku tiba-tiba turun, andai Zaka tau sepertinya bukan acting lagi aku tunjukkan saat bersama Mas Galih, tapi aku sudah jatuh ke dalam pesonanya dan aku tau hal ini tidak boleh terjadi, dia suami Arum dan sampai kapanku aku tidak akan pernah memilikinya.
Saat aku hendak keluar dari café, aku melihat Papa duduk sendirian dan sepertinya dia sedang menunggu seseorang, apa mungkin Mama juga berada di mall ini... saat aku mau menghampiri Papa tiba-tiba seorang wanita duduk didepannya, aku mengingat wanita itu.
Pengasuh si kembar!!!
Kenapa mereka bertemu disini dan kenapa sepertinya ada yang mereka tutupi, aku mendorong kembali stroller dan meminta salah satu pelayan untuk menjaga mereka sedangkan aku secara diam-diam duduk di belakang Papa.
"Mana bayaran saya bulan ini Tuan, saya butuh uang atau saya buka mulut kalau Tuan...."
"Sttssss jangan pernah berani mengancam saya!!! Dasar bodoh!!! Menggoda Galih saja kamu gagal, dan kenapa bayi-bayi s****n itu masih hidup, saya sudah memerintahkan kamu untuk menyingkirkan penghalang yang bisa merusak rencana saya mengeruk harta Galih" ucapan Papa membuatku menutup mulut tak percaya, astaga Papa sekejam itu ingin menyingkirkan si kembar.
"Saya heran, bukannya si kembar cucu Tuan ya tapi kok tega ingin menghabisi mereka"
"Kamu kira Galih anak kandung saya? Galih itu anak Nyonya dari suami terdahulunya, susah payah saya menyingkirkan ayah kandungnya agar bisa masuk kedalam keluarga ini, susah payah saya mengadu domba Galih, Mama serta wanita s****n itu... dan rencana saya berhasil, hubungan mereka sangat tidak baik dan saya yakin wanita s****n itu tidak akan berani mengambil harta milik Galih, tapi keberadaan bayi-bayi itu merusak rencana saya"
Papa bukan ayah kandung Mas Galih? dan dia berniat menyingkirkan si kembar bukan tak mungkin suatu saat dia juga berniat menyingkirkan Mas Galih demi harta, ya Tuhan ternyata Papa lah orang yang berniat menghancurkan keluarga Baswedan, ternyata bukan orang lain tapi orang terdekat dikeluarga ini pantasan dia membenci Arum.
"Mas Galih harus tau masalah ini, tapi aku tidak mempunyai bukti... yang ada aku dituduh berbohong dan bisa-bisa malah penyamaranku bisa terbuka" aku masih mendengar pembicaraan mereka tentang rencana papa mengeruk harta Mas Galih. Hingga sebuah kenyataan lagi memukul telak wajahku, aku melihat Ara menghampiri mereka dan dia mencium kedua pipi Papa.
"Pa, maaf Viona telat...tadi rencananya mau godain Mas Galih... tapi dia nggak ada dikantor, bete banget" Viona? Aduh rahasia apa lagi ini, bukannya namanya Arabella kenapa bisa Viona. Rasanya kepalaku kini berputar-putar mencari garis lurus rahasia terselubung ini.
"Waktu masih panjang, tidak percuma Papa mempunyai anak sepintar dan selicik kamu... kamu bisa membodohi Rita bahkan dia tidak sadar kalau kamu adalah anak kandung yang selama ini Papa sembunyikan"
Ya Tuhan!!! Ternyata mereka ayah dan anak!!!
"Pokoknya setelah keinginan Papa terwujud, Papa harus kembali sama Mama... Mama menunggu kita Pa, dia tidak pernah sedikitpun melupakan Papa" ujar Ara atau Viona, persetan dengan namanya.
"Ya Papa akan kembali demi kalian, untuk itu kamu harus secepatnya menikah dengan Galih dan menyingkirkan wanita s****n itu dari rumah atau Papa terpaksa melaksanakan rencana terakhir"
"Rencana apa Pa?" tanyanya penasaran, begitupun aku yang ikut penasaran dengan apa yang direncanakan Papa.
"Menyingkirkan Galih seolah-olah kecelakaan dan semua hartanya akan jatuh ketangan kita" aku menutup mulutku ketakutan, Papa benar-benar sudah gila!!! Aku hendak melabrak mereka tapi sebuah tangan menghalangiku.
"Sekarang bukan waktunya, ayo kita pergi dari sini" aku membiarkan Mas Galih menarik tanganku, kenapa dia bisa ada disini.
"Tapi...Mas, mereka..." tanyaku saat kami sudah berada di mobil Mas Galih.
"Stttt...Aku tau, aku bukan orang bodoh yang mereka pikir mudah untuk ditipu... aku tau semua rencana mereka, aku hanya ingin lihat sampai dimana mereka menyusun rencana jahatnya, aku sedang mengumpulkan bukti-bukti untuk menjebloskan mereka ke penjara, siapapun yang menipuku akan membusuk di penjara bahkan orang yang aku cintai sekalipun" dia menatapku dan itu membuatku salah tingkah.
Aku membuang muka dan hanya berani menatap jalanan.
"Arimbi"
Aku melihat kearah Mas Galih "Arimbi kenapa Mas?"tanyaku heran yang tiba-tiba Mas Galih kembali membahas Arimbi.
"Nggak, aku hanya teringat dengan kembaran kamu... bagaimana keadaannya? Apakah dia bahagia dipelariannya?" tanya Mas Galih.
"Mungkin tidak, karena sampai kapanpun tidak enak hidup dalam ketakutan" balasku
"Kamu benar... dan aku ingin lihat orang-orang yang menipuku tadi hidup sengsara karena berani mempermainkan seorang Galih Baswedan, aku nggak akan segan-segan menendang mereka ke dasar neraka untuk membalas kejahatan mereka" ujarnya dengan nada seperti memperingatiku.
"Mas, kepala aku pusing... aku tidur sebentar" aku membalikkan badanku dan menutup mata, berharap semuanya akan baik-baik saja, aku berharap setelah aku membuka mata Mas Galih akan kembali bersikap manis kepadaku.
Ya bersikap manis sampai waktunya aku bicara jujur, aku harap dengan berkata jujur kesalahanku bisa sedikit dimaafkan.
****
Tbc