Part 43. Terbakar Cemburu?

1515 Kata

“Hai Abs…” Aku menjawab sapaannya. Lelaki itu, Abdi, nyelonong duduk di depanku. Wajah tampannya tampak ceria, berseri, seperti baru menang lotere. “Kok kamu bisa di sini sih?” Tanyaku, coba meredam rasa euforia yang tiba-tiba muncul saat melihat Abdi di depanku. Lama tak melihatnya, dia tampak fresh dan semakin memesona dengan rambut-rambut halus di rahang yang membuatnya terlihat semakin manly. “Hooh, tadi sih pinginnya datang ke pengadilan, tapi Reino melarang. Kata dia daripada ntar ada omongan gak enak, mendingan aku datang ntar pas terakhiran, katanya sih.” “Datang ke mana?” Tanyaku bodoh. “Ke nikahan kita ntar, kan gak mungkin mempelai pria gak hadir sih Na. Tapi kapan ya kita bisa salaman di depan pak penghulu? Eeh aku salaman sama papamu ding ya di depan pak penghulu?” Jawab

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN