“Mas, sayang sama Nisa nggak?” tanya Nisa tiba-tiba. Apaan sih nanya gituan? Ini lagi di warung nasgor lagi, protesku dalam hati. “Sayang lah,” jawabku pelan. “Kalau sayang, ni ambil nasi goreng Nisa separuh. Nisa nggak habis nanti, mubadzir,” kata Nisa lalu dengan cepat memindahkan separuh nasi goreng di piringnya ke piringku. Di saat aku sedang mengeluh gimana cara ngabisin nasi gorengku yang sekarang porsinya satu setengah, Ira tiba-tiba ngomong. “Mas tu sayangnya sama Nisa aja ya?” tanya Ira. “Kok gitu? Ya nggak lah, sayang Ira juga kan,” jawabku. “Kok yang dibantuin makan cuma Nisa? Ira kayak mana?” tanya Ira, tapi tak seperti Nisa, dia belum bergerak untuk memindahkan nasi gorengnya ke piringku. Sempak!!! teriakku dalam hati. “Iya deh iya. Siniin nasinya,” bisikku pelan ke a