Chapter 72 - Sedih

529 Kata

"Han, ni buat pegangan," kata Ibu sambil menyodorkan sebuah buku tabungan dan kartu atm ke arahku. "Ini?" tanyaku agak bingung. "Kamu Ibu suruh tinggal bareng Ibu sama Ningrum nggak mau, dan Ibu udah nebak itu. Pasti karena nggak bebas kan?" jawab Ibu sambil tersenyum simpul. "Makanya, Ibu dah siapin buku tabungan ini buat pegangan kamu. Sekedar buat hidup sehari-hari. Dan lagi ini memang hakmu. Ini dari hasil sawah Bapakmu. Jangan ditolak," lanjutnya. Aku agak canggung juga. Sebenarnya sih dari hasil sawah peninggalan Bapak yang kuurus kemarin di kantor Desa, aku nggak akan kekurangan meskipun hanya pas-pasan. Tapi ini? "Udah nggak usah kebanyakan mikir," kata Ibu, "kamu kalau mau ke rumah kapan aja silahkan. Itu rumahmu juga. Ngerti Han?" lanjutnya. "Iya Bu," jawabku. Pagi itu, Ib

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN