Nisa tahu kalau ngambekku dah mulai hilang. Dia tersenyum makin manis dan aku mulai ngelihat sesuatu di sana, sorot mata jail dan m***m. "Mas," bisik Nisa lirih sambil meremas jariku. "Hmmm?" tanyaku. "Annisa belum dapat kado ultah dari Mas," bisik Nisa lirih. Aku bingung, bukannya tadi dah dikasihin Putri? "Kan udah tadi. Putri yang kasihin," jawabku kebingungan. Senyuman jail Nisa makin menjadi, "Annisa nggak mau kado yang itu," jawabnya pelan. Pikiranku mulai menangkap maksud si Nisa. Sempak ni anak. Bisa-bisanya dia mikir m***m saat kek gini? "Dasar otak m***m, jangan mikir yang enggak-enggak. Besok aja pulang sekolah mampir bentar ke rumahku ya?" bujukku ke Nisa. "Nggak mau. Ini hari spesial Annisa. Harus hari ini," lanjutnya lirih. "Nis. Yang bener dong ah. Ini kan di rumah