Chapter 100 - Amarah

553 Kata

Aku juga kini baru tersadar, Abah, ayahnya Annisa, adalah orang yang benar-benar baik. Karena saat dia mengucapkan kata itu malam tadi, aku merasakan simpati dan kasih sayang, tapi sekarang. Bu Fatimah yang cantik ini, mengucapkan kata-kata itu bukan karena rasa simpati, tapi seolah-olah itu adalah sebuah cacat dan kekurangan yang ada pada diriku. Seolah-olah, bagi Bu Fatimah, seorang anak yatim sepertiku ini adalah sesuatu yang cacat. Yang tak lengkap dan tak sempurna seperti anak-anak lainnya. Aku segera menyalakan motorku dan mencoba meninggalkan tempat ini. Bukan apa-apa, entah kenapa, emosiku menggelegak tak tertahan. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya, bahkan saat aku tahu siapa pembunuh bapakku. Aku tak ingin terpancing untuk melakukan sesuatu yang mungkin akan kuse

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN