Tapi setelah beberapa saat aku memberanikan diri untuk mengangkat wajahku dan melihat ke arah kakek itu. “Sampeyan sinten Mbah?” tanyaku dalam bahasa Jawa Halus yang berarti ‘Kakek ini siapa?’ Bukannya menjawab, si Kakek malah menarik napas panjang dan melihat ke arah jalan raya, “Coba kamu perhatikan sekelilingmu Le! Apa yang menurutmu aneh?” kata Kakek itu. Dengan rasa penasaran aku mengikuti arah pandangan mata si Kakek dan melihat ke arah jalan raya. Saat itu aku tersadar, sedari tadi, sekelilingku suasananya temaram, tidak gelap, tidak juga terang. Mirip seperti saat Mentari tertutup awan atau saat senja menjelang. Padahal aku ingat sekali bahwa aku sampe ke mushola ini setelah satu jam lebih berkendara naik motor. Seharusnya ini masih pagi hari, bukan senja. Tadi sewaktu aku mamp