Rayya terbangun bukan karena sinar matahari yang menyilaukan matanya. Melainkan karena ponselnya yang terus menjerit. Rayya mengerang pelan sembari membuka kedua matanya dan menyadari hari sudah terang yang terlihat dari tirai hotel yang tidak tertutup rapat. “Siapa sih yang nelpon pagi-pagi gini?” Saat itu juga dia menyadari bahwa ia sudah berada di kamar hotelnya dengan selamat. Seingat Rayya, dia cukup kewalahan berjalan menuju kamarnya dengan pengaruh alkohol yang semua hanya untuk membuatnya mengatasi kesulitan tidur yang dialaminya pasca kepergiannya dari rumah. Tapi rupanya, toleransinya terhadap minuman beralkohol sudah terlalu rendah. Sekelebat bayangan dirinya sedang dirangkul oleh seorang pria yang tidak ia kenal tiba-tiba menyergap dirinya. Rayya langsung bangkit sambil m