“Oh, Rayya!” Seorang wanita bertubuh sedikit berisi itu langsung memeluknya ketika Rayya sudah berada di hadapannya. “Mbak Windy, apa kabar? Maaf ya aku baru ngehubungin lagi. Ternyata naskahnya lumayan telat aku selesaikan.” tanya Rayya masih dari dalam dekapan wanita bernama Windy, editornya yang ia hubungi sekitar dua hari yang lalu. Saat wanita itu membalas emailnya: Kita harus bertemu secepatnya. Maka disinilah sekarang, Rayya menyanggupi permintaan Windy untuk bertemu di sebuah cafe yang letaknya berada di dalam mal besar yang berada di tengah kota. “Nggak usah pikirin hal itu. Kamu gimana keadaannya sekarang?” Rayya mengulum senyumnya. “Aku baik kok.” “Aku turut prihatin atas apa yang terjadi sama kamu, Ray.” Sekali lagi, Windy memeluk dirinya. Wanita berusia pertengahan