Lima Puluh Satu

1697 Kata

Memandang rumah yang dihuni sejak Dimas kecil, seringkali membuat dadanya sesak. Terbayang masa kecil Dimas yang mungkin tak seindah anak lainnya. Dimas membuka pintu rumah itu setelah beberapa bulan tak mengunjunginya, terakhir bertemu ibunya pun bulan lalu saat pemakaman Kamila. Dimas dapat menghirup aroma soto yang dimasak sang ibu di dapur, dia sudah berpakaian rapih, siap untuk berangkat kerja namun kerinduannya pada sang ibu tak terbendung lagi. Setelah menguatkan hati untuk menemui wanita itu, dia pun melangkahkan kaki masuk ke dalam, berbekal keyakinan bahwa tak ada ibu di dunia ini yang membenci anaknya. Dia pun terus melangkah masuk. Namun langkahnya terhenti, saat melihat foto berbingkai besar di ruang tengah, menampilkan dirinya yang berdiri di belakang sang ayah dan ibu,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN