Aku mengantar Pak Adit sampai ke depan. Kadang sampai hari ini aku tidak menyangka jika aku akan mendapatkan kebahagian seperti sekarang. Ya, selama perjalanan hidupku, aku tak pernah merasa sebahagia ini. Keseharianku lebih akrab dengan dunia yang kejam. Banting tulang untuk bertahan hidup. Mungkin ini jawaban setiap doaku. Bahwa kelak aku ingin bertemu dengan seseorang yang sangat kucintai dan mencintaiku. "Sani!" Seseorang memanggil. Aku menoleh, nampak si Hana tersenyum lebar dan berlari ke depan rumah. "Lho, elo? Habis dari mana?" tanyaku. "Lari pagi lah. Boleh gue numpang minta minum?" tanyanya dengan cengiran lebar. "Ayo, masuk!" "Pak Adit mana?" tanyanya. Ia mengikutiku masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang televisi. Aku memberinya sebotol air mineral. "Pak Adit sudah bera