"Lari kemana, San?" si Soni cengo melihatku yang panik dan menyeret lengannya. Si Rumah Belanda kian mendekat. "Pokoknya lari aja, ada serangan nuklir bentar lagi!" ucapku tanpa menghentikan aksi menyeret lengan si Soni. Kami bersembunyi di balik tembok. Aku mengintip. Ah, syukurlah, si Rumah Belanda sudah masuk rupanya. Entah ia diusir lagi atau tidak, kan katanya jam besuk sudah berakhir ya? "Heh, gue bukan karung beras! Main gusur aja lo!" Soni misuh-misuh. "Iya tapi karung goni, haha!" Aku tertawa puas melihat wajahnya yang kesal. "Ck, ada apaan sih emang? Lo kayak dikejar rentenir, anjir!" "Lebih serem dari itu, Nyet!" "Siapa sih yang lo takutin?" Aku diam sejenak, "Emaknya Pak Adit." "Apa?" "Yang tadi kita hindari itu emaknya Pak Adit, Son. Ngeri gue." "Gila, sekapok it