"Sani, gue tahu ini sakit buat lo. Ya bagaimana pun, kalian sudah berhubungan sangat jauh." Soni masih duduk menemaniku yang terus sesenggukan. Kapan sih ini selesainya? Kenapa rasanya terus sakit? "Wajar gak sih kalau gue mewek? Cengeng banget sih gue?" Aku menepuk dadaku sendiri. Siapa tahu dengan cara itu sakit hatiku bisa berhenti. Nyatanya malah makin menjadi. "Ya wajar, San. Namanya juga ditinggal kawin sama pacar. Pasti lah sakit hati." Soni menatapku dengan tatapan cemas. "San, elo udah cinta banget ya sama Pak Adit?" Hana bertanya setelah beberapa saat hanya diam. "Heh, pertanyaan lo gak mutu?" Soni nyemprot si Hana lagi. Emang sih, mulut si Hana ini nyebelin melebihi tukang pinjam duit yang gak mau bayar. "Ck, kan cuma nanya doang." Hana mendelik kesal. "Gak usah ditanya!"