Jia masih menatapnya. Dia duduk di atas tempat tidur king size Seojun, dengan pipi yang masih hangat dan bibir yang masih luka dan … habis dicium berkali-kali.
Dia mengerjap. Lalu mengangkat alis. “Jadi aku nggak punya pilihan lain, gitu?” Nada suaranya ringan tapi gaya tubuhnya seperti sedang menegosiasikan kontrak startup dengan mafia internasional. “Kayak ... ini rasanya kayak aku baru ditarik ke dalam perjanjian sepihak yang gak sempat aku baca terms and conditions-nya.”
Seojun tidak tersenyum. Tidak bercanda balik. Dia hanya menatap Jia. Mata gelapnya terlihat tenang. Lalu dia menjawab. Pelan tapi seperti palu diketuk di meja. “Nggak.”
Jia terdiam. “Nggak punya pilihan?”
Seojun mengangguk sekali. “Aku nggak percaya situationship. Nggak percaya ‘ngalir aja’.”
“Kalau aku udah masuk
