“Gue pikir” Lucien mulai lagi, kali ini matanya tidak fokus pada siapa pun, hanya lurus ke arah kaca besar Claret Room yang memantulkan cahaya matahari. “Gue pikir selama ini … mencintai akan bikin seseorang lemah.” Suara itu pelan, tapi jujur. “Gue lihat sendiri. Nyokap gue … dia cinta bokap gue tulus. Terlalu cinta. Tapi bokap gue ... ” Lucien menarik napas pelan. “Dia mencintai orang lain.” Jia menunduk pelan. Damien dan Seojun tetap diam. “Dia tetap stay. Bahkan saat dia tidur dengan perempuan lain di rumah yang sama. Karena cinta katanya. Such a bullshit word.” “Dan sejak itu, gue bersumpah, gue nggak akan pernah jadi seperti itu. Nggak akan jadi orang yang bisa dijatuhkan … cuma karena perasaan.” Lucien menoleh perlahan ke arah mereka. Matanya terlihat bingung. “Tapi waktu gue

