Siang itu Rosalina tiba-tiba mengatakan ingin makan siang menu sup buntut yang biasa Arga bawa pulang untuknya saat dulu mereka masih tinggal di apartemen, dan iya, di jam makan siang Arga juga langsung menawarkan Rosalina untuk menikmati makan siang di restoran di mana dia biasa membeli makanan itu.
Tentu saja Arga memesan menu spesial untuk mereka, karena memang dia selalu mengutamakan kepuasan wanitanya, dan hal itulah yang membuat Rosalina merasa benar - benar sudah menguasai Arga sepenuhnya, merasa menang telak dari Rengganis, wanita yang di pilih orang tua Arga untuk menjadi istri Arga, meskipun mereka tau jika Arga tidak pernah mencintai Rengganis.
"Jujur aku dari semalam menginginkan sup ini, tapi gak berani mengatakannya, takut Mas Arga akan merasa terbebani!" ucap Rosalina dengan nada manja dan Arga tersenyum garing.
"Terbebani? Emang sejak kapan aku merasa kau adalah bebabku? Enggak. Kau tidak pernah menjadi beban ku, Rose... tapi kau adalah Dewi keberuntungan ku!" balas Arga dan Rosalina langsung berseru dengan perasaan berbunga-bunga.
"Oh so sweet....!" Rosalina mencubit ujung dagu Arga gemas, dan Arga meraih tangan itu lalu mendaratkan kecupan di sana.
"Kenapa Mas Arga begitu manis? Jangan bilang Mas sedang menggoda ku!" seru Rosalina tapi Arga justru kembali tersenyum.
"Kenapa? Bukankah memang selalu seperti itu? Aku memang selalu menginginkanmu. Aku tidak pernah bosan untuk menginginkanmu lagi dan lagi, meski itu artinya aku harus menggoda dengan jurus buaya darat sekalipun?" jawab Arga yang justru semakin terdengar manis di telinga Rosalina.
"Aku juga Mas. Hanya saja belakangan ini aku merasa kesal sama Mas. Mas seolah mengabaikan ku dan menduakan aku dengan berkas dan dokumen Mas itu. Cukup lah Rengganis yang menjadi madu ku, Mas. Jangan membuat aku merasa di nomer sekiankan!" ucap Rosalina. Dia mengeluh karena beberapa hari ini Arga memang lebih banyak berada di ruang kerjanya ketimbang di tempat tidur mereka.
Setiap malam Arga begadang dengan lembar-lembaran dokumen di atas meja kerjanya dan kadang Arga baru beranjak ke tempat tidur saat sudah larut malam bahkan saat itu Rosalina sudah terlelap dan tidak menyadari jika Arga sudah beranjak di ranjangnya dan baru terjaga saat hari sudah menjelang pagi.
Ingin merayu dan menggoda suaminya di jam seperti itu, akan tetapi mengingat jam kerja mereka akhir-akhir ini cukup padat pun membuat Rosalina berpikir dua kali untuk mengajak Arga bercinta di pagi hari sebelum mereka menjalankan aktivitas seperti bagaimana biasanya.
"Oh maaf Sayang. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa seperti itu. Kau tahu sendiri bagaimana sibuknya aku mempersiapkan proposal untuk menggaet proyek kemarin, dan ya, kerja kerasku membuahkan hasil seperti yang kita harapkan, meskipun itu juga berkat campur tangan seseorang!" ucap Arga dan terlihat Rosalina yang menghela nafas .
"Jangan lupa jika aku juga membantumu lho Mas!" Sarkas Rosalina sambil menyendok kuah sup nya, dan Arga langsung mengangguk dengan sangat cepat. Dia tidak ingin menutup mata jika beberapa kali Rosalina memang mengutarakan gagasannya dalam proposal itu, meskipun sebenarnya nyaris 80% gagasan di proposal itu dibuat oleh orang lain. Orang lain yang dua tahun ini menjadi orang kepercayaan Arga.
"Iya. Maka dari itulah aku selalu bangga mengatakan jika kamu adalah Dewi keberuntungan ku, Sayang!" balas Arga dan Rosalina kembali tersenyum sangat manis.
"Kalo begitu aku mau hadiah ku?" ujar Rosalina setelah itu dan Arga hanya asal mengangguk.
"Katakanlah. Kau mau apa!" balas Arga dan Rosalina buru-buru merogoh tasnya, mengeluarkan ponsel di dalamnya, membuka salah satu room chat group sosialita nya, dan menunjukkan satu gambar yang semalam dia lihat dan sudah dia sematkan.
"Aku mau ini Mas!" ucap Rosalina menyodorkan ponselnya yang sudah menyala dan di layar ponsel itu terlihat gambar sebuah perhiasan yang begitu cantik dengan liontin batu permata warna hijau yang di prediksi jenis zamrud. "Itu adalah koleksi terbaru di salah satu toko perhiasan langgananku, dan aku semalam sudah memesannya. Mas tinggal payment saja di toko," ucap Rosalina dan Arga hanya menatap gambar itu. "Tapi, tentu saja kita akan melihatnya lebih dulu ke toko, jika dirasa ukuran nya pas dan cantik di leherku, baru kita beli, tapi kalo engak... Ya kita bisa cari model lain. Soalnya mereka kemarin mengeluarkan tujuh desain terbarunya!" sambung Rosalina dan Arga benar-benar hanya bisa mengangguk. Sama sekali tidak bisa menolak apapun permintaan Rosalina selama itu bukan permintaan untuk menceraikan Rengganis.
Lalu apakah Arga memang tidak berniat untuk menceraikan Rengganis? Tentu saja. Tentu saja Arga ingin bercerai dengan Rengganis, hanya saja Arga ingin Rengganis yang memutuskan untuk mundur dari pernikahan mereka dengan mengajukan surat gugatan cerai, maka saat itu Arga tidak akan disalahkan oleh kedua orang tuanya jika pada akhirnya rumah tangga dia dan Rengganis harus berakhir kandas di meja hijau pengadilan.
"Baiklah." Arga menggenggam tangan Rosalina untuk membuat wanita itu tenang dan iya, Rosalina semakin tersenyum lebar.
"Oh aku mencintaimu, Mas. Sangat mencintai... mu...!" Suara Rosalina terbata saat pandangannya justru menangkap keberadaan seseorang yang dia kenal baru saja duduk di salah satu kursi meja makan restoran itu bersama dengan seseorang yang tidak dia kenal, dan sialnya pandangan mereka bertemu beberapa saat di kejauhan.
Mereka, Rengganis dan Leon baru saja sampai di restoran itu, dan Rengganis pilih tempat duduk di pojok kanan restoran itu. Dekat dengan jendela taman. Namun baru saja dia hendak duduk, pandangannya justru bertemu dengan wanita yang juga tinggal bersamanya. Berbagi suami, meskipun Rengganis sadar jika sebenarnya mereka tidak pernah berbagi suami, karena dari awal Arga menang tidak pernah menginginkannya.
Untuk sesaat pandangan mereka bertemu di udara , namun karena alasan tentu, Rengganis kembali bangkit dan menyeret Leon untuk keluar dari tempat itu karena takut jika Leon akan melihat Arga bersama Rosalina, dan tidak menutup kemungkinan akan timbul masalah baru untuk Rengganis dan Arga nantinya.
Masalahnya sampai sekarang Arga masih mencari celah untuk mempublikasikan pernikahan dia dengan Rosalina. Arga juga jelas mengancamnya untuk tidak mengatakan apapun terkait Rosalina pada keluarganya, tapi apa jadinya jika Leon justru memergoki Arga dan Rosalina sedang bersama di salah satu restoran dengan sikap manja Rosalina yang semakin dibuat-buat.
Bukannya menyelesaikan masalah Rosalina dan Arga, tapi bisa jadi Rengganis yang akan menjadi kambing hitam jika Rosalina kembali ditolak oleh kedua orang tua Arga, atau ibunya Rengganis, dan jika sudah seperti itu, tidak menutup kemungkinan kondisi ibunya Rengganis akan kembali drop dengan kabar jika Arga ternyata sudah menikah lagi.
Ingat. Sampai saat ini tidak satupun keluarga Arga yang tahu jika Arga sudah menikah lagi, dan Rengganis ingin menghormati perjanjian yang sebelumnya dia dan Arga buat di malam pergantiannya dulu, juga janji jika dia akan merahasiakan pernikahan Arga dan Rosalina sampai Arga sendiri yang mengatakan itu pada kedua orangtuanya dan publik.
"Leon... Kita lebih baik makan di tempat lain. Aku mendadak mual hanya karena membayangkan sup buntut!" ujar Rengganis, dan Leon langsung mengerutkan alisnya.
"Kenapa?" heran Leon.
"Aku gak tau, aku tiba-tiba aja merasa mual?!" balas Rengganis.
"Oh... Apa jangan-jangan kamu hamil kali ya...!" tebak Leon tapi Rengganis tidak mengindahkan ucapan Leon itu. Dia lantas memeluk sebelah lengan Leon dan memutar tubuh Leon agar tidak melihat keberadaan Arga dan Rosalina di sana.
"Ayo... Leon. Aku mendadak pengen makan rujak cingur pak De...!" ucap Rengganis lagi
"Tapi Anis..."
"Aku yang traktir. Kamu traktir aku lain kali aja, jadi kali ini aku yang jadi bos nya!" potong Rengganis lagi.
"Tapi Anis...!"
"Please... Leon. Atau aku akan benar-benar muntah di sini dan membuat kamu malu!" ucap Rengganis lagi. Dia benar-benar tidak mau di salahkan jika seandainya Leon melihat keberadaan kakak laki-lakinya bersama wanita lain, terlebih lagi jika wanita itu adalah Rosalina.
Leon mengenal Rosalina. Wanita cantik yang berprofesi sebagai model sekaligus desainer. Pemilik beberapa butik dan salon kecantikan yang merupakan kekasih Arga dulu.
"Wait... Apa itu Rengganis...?" ucap Rosalina menunjuk dengan dagunya, tapi Arga tidak sama sekali menoleh ke arah pandang Rosalina. "Mas... Itu Rengganis kan? Sama siapa dia?!" sambung Rosalina lagi yang memang belum sempat melihat wajah laki-laki yang datang bersama Rengganis tadi.
"Mas... Liat kelakuan istri pilihan orang tua mu. Dia ke restoran dengan seorang laki-laki asing, dengan rambut pirang. Bergandengan tangan dengan sangat mesra pula!" ucap Rosalina dan baru setelah itu Arga menoleh dan mengikuti arah pandang Rosalina.
Arga melihat bagaimana Rengganis memeluk lengan laki-laki itu. Laki-laki berambut pirang dengan tubuh tinggi tegap. Hanya bagian punggungnya saja , tapi Arga yakin jika itu adalah Rengganis, karena tadi Rengganis sempat menoleh juga ke arahnya.
"Lagaknya saja yang terlihat baik dan polos, ternyata kelakuannya minus. Bisa-bisanya seorang istri melakukan itu , jalan sama laki-laki lain di tempat umum. Apa dia tidak memikirkan nama baik suami dan keluarganya. Oh my god!" Rosalina mencoba memprovokasi pikiran Arga, dan sepertinya berhasil.
Meskipun berkali-kali Arga mengatakan jika dia tidak mencintai Rengganis , bahkan ingin berpisah dengan Rengganis , nyatanya ada perasaan sakit yang ternyata turut dia rasakan ketika melihat Rengganis jalan sama laki-laki lain. Lebih tepatnya lagi harga diri Arga yang merasa terluka dengan kelakuan Rengganis saat ini, tanpa pernah mereka, Rosalina dan Arga berkaca pada diri mereka sendiri, bagaimana mereka menjalin hubungan sebelumnya, sebelum terikat tali pernikahan.
Saat itu Arga sudah resmi menjadi suami Rengganis, tapi Arga justru memilih lebih banyak menghabiskan waktu bersama Rosalina yang saat itu masih berstatus kekasihnya, bahkan tidak jarang Arga menginap dan tinggal di apartemen yang dia beli untuk Rosalina. Lalu apa sekarang, Rosalina seolah ingin menegaskan bahwasanya Rengganis memang kerap kali melakukan hal sehina itu.
"Aku akan mengabadikannya. Dan kali ini Rengganis tidak akan punya alasan untuk mengelak lagi!" ucap Rosalina.
Dia lantas mengambil ponselnya yang ada di hadapan Arga kemudian mengaktifkan layar kameranya dan membidik beberapa gambar Rengganis dengan laki-laki berambut pirang itu. Pikirnya, kali ini Rengganis pasti tamat, dan percayalah, Arga juga ikut mengepalkan tangannya di bawah meja, dan tiba-tiba nafsu makan Arga juga hilang.