Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Sayang ...,” lembut Kia sambil melangkah santai di sebelah Albizar yang ia dekap mesra lengan kirinya menggunakan kedua tangan. Di sore yang mulai petang, keduanya tengah menelusuri halaman depan rumah keluarga Albizar yang luas. Suasana yang agak mendung membuat acara santai mereka terasa lebih indah. Ditambah lagi, kelincahan Bima dalam mengejar Danian amat sangat menggemaskan. Bima yang memakai seragam basket warna merah hitam lengkap dengan sepatu, tengah berusaha mengambil bola basketnya dari sang paman. Jatuh bangun Bima alami, tapi Bima tak menyerah sambil terus berteriak memanggil Danian. “Bola atu, Antel!” mohon Bima dan membuat Danian puas menertawakannya. “Gigit, Mas! Gigit tangan Uncle, habis itu baru ambil bolanya!” teriak Albizar layaknya pelatih profesional kepada sang

