4. Shock

1290 Kata
“Apakah karena rasa bersalahku membuatku ingin bertemu dengannya dan melihat orang lain seperti dia?” batin Arsen. Arsen kemudian berjaalan menuju restoran hotel, jam delapan pagi sudah banyak tamu hotel yang sedang breakfast di restoran hotel, mungkin banyak lainnya lebih memilih room service dan makan di kamar hotel mereka. Arsen memilih meja di sudut restoran yang masih kosong, ia duduk dan meminta Chiko memesankan makanan untuknya. “pak Arsen mau pesan apa?” “Apa saja Ko, aku tidak mood memilih makanan saat ini?” Chiko menatap atasannya itu, pria itu memang sedang dalam mode tidak bersemangat dan mungkin dalam masa sulit dalam kehidupannya, perceraian dengan istrinya membuat atasannya itu lebih pendiam dari biasanya. Bagaimana tidak, usia pernikahan sudah belasan tahun dan memiliki dua buah hati yang cantik dan tampan, kehidupan Arsen tampak sempurna dimata banyak orang tapi memang apa yang terlihat tidak sama denga napa yang sebenarnya terjadi. Bisnis hotel bosnya itu sudah ada di kota kota besar bahkan luar negeri tapi karena seringnya melakukan perjalanan dinas, kehidupan rumah tangganya tidak seperti dulu yang harmonis, Nilam istrinya mecari perhatian diluar rumah dan berselingkuh. Hingga kemudian menggugat cerai Arsen, anak anak mereka tetap tinggal bersama Arsen. Chiko kemudian memesan sandwich untuk Arsen karena Arsen tidak suka makan makanan yang terlalu berat saat sarapan. Hanya sandwich dan kopi, beberapa menit kemudian pesanan Chiko sudah datang. “Kamu tidak makan?” tanya Arsen saat melihat waiters hanya meletakkan segelas kopi di depan Chiko. “Saya kopi saja pak,” jawab Chiko tersenyum. Arsen kemudian mulai makan sandwich di depannya, ia tersentak saat berkelebat bayangan di pelupuk matanya, ranjang dengan noda darah yang ia lihat pagi ini. Arsen meletakkan sendok dan dan garpu di piring, ia menghela napas panjang, penyesalan kembali menelusup dalam hatinya. Arsen berpikir ia harus benar benar mencari gadis itu tapi bagaimana caranya, namanya gadis itu saja ia tidak tahu apalagi alamatnya. Meminta Chiko mencarinya juga percuma saja tanpa tahu identitas gadis itu. Chiko kembali menatap Arsen, bosnya itu terlihat aneh. Memang kesedihan masih terlihat di raut wajah Arsen, walau perceraian sudah beberapa bulan lalu. Tapi kali ini seperti ada masalah lain yang dipikirkan, karena Arsen pernah memikirkan ia sudah Ikhlas dengan perceraiannya dengan Nilam. “Pak Arsen ada masalah?” tanya Chiko. Arsen terkejut dengan pertanyaan Chiko, asistennya itu seperti tahu jika ia sedang memikirkan sesuatu. Tentu saja karena Chiko sudah ikut bersamanya selama hampir lima tahun, sejak usia Chiko dua puluh lima tahun hingga sekarang tiga puluh tahun. Dari Chiko yang polos hingga Chiko yang cekatan saat ini. “Tidak ada Ko, kamu pikir aku ada masalah?” “Sepertinya pak Arsen sedang resah gelisah. Jika anda mau bercerita untuk meringankan beban anda, saya mau mendengarkan,” ucap Chiko. Arsen kembali menghela napas panjang, mau tidak mau ia juga harus bercerita dengan Chiko karena nantinya Chiko akan ia minta mencari keberadaan gadis semalam. “Bukan sekarang Ko, aku akan bercerita nanti, oke.” “Baiklah pak, kapanpun anda siap.” Walaupun begitu, Arsen tetap tidak melanjutkan makannya karena ia sudah sangat tidak berselera, sebelum ia selesaikan masalahnya dan bertemu Zahira. Sedangkan Zahira yang baru datang di kantor De Kirana hotel, masih belum mulai bekerja, ia berjalan menuju mini pantry dalam ruangan office dimana ia masih sendiri karena terlalu pagi. Zahira berniat , membuat kopi instan dengan merebus air terlebih dahulu. Sembari menunggu air yang ia rebus mendidih, Zahira menyiapkan cangkir dan kopi instan, saat menunggu air mendidih tiba tiba berkelebat sebuah bayangan wajah di pikirannya. Zahira terdiam sejenak, bayangan wajah itu adalah wajah pria yang semalam bersamanya, pria yang tidur dengannya, bukan Reno yang mengambil kegadisannya tapi pria asing. Hal itu membuat Zahira merutuki dirinya sendiri bagaimana mungkin saat Reno meminta melakukan hubungan intim dengannya ia selalu menolak hingga Reno berpaling pada Anita tapi Zahira malah kehilangan mahkota berharganya ditangan orang yang tak ia kenal. Zahira mencengkeram celana hitamnya, ia bahkan tak menyadari jika air yang ia rebus hampir kering, untungnya ada Nada, teman kerjanya yang baru saja datang dan mendekati Zahira saat memanggil Zahira tapi Zahira diam karena melamun. Nada mematikan kompor listrik itu dan memegang lengan Zahira. “Ra… kamu kenapa? kamu ada masalah?” “Hah… Nada? Enggak… nggak ada sih, kenapa?” “Kenapa kenapa, itu air di panic hampir kering karena kamu merebus air sambil melamun.” “Astaga…” Zahira melihat ke arah panic yang airnya tinggal sedikit dan kompor listrik sudah dimatikan. “Kamu kenapa melamun?” “Aku…mmm…” “Ya sudah sana kamu duduk dulu, biar aku rebus air lagi, aku juga mau buat kopi.” “Aku juga mau Da,” celetuk Sasa, yang juga sudah datang, bahkan teman teman Zahira sudah datang semua tapi Zahira tidak menyadarinya. Zahira mengikuti perintah Nada, ia menjauh dari mini pantry dan duduk do sofa set yang ada di Tengah ruangan, sedangkan meja meja kerja mereka merapat di dinding ruangan. Zahira memijit pelipisnya, ia berusaha melupakan kejadian semalam tapi tidak bisa, bayangan wajah pria itu yang terlelap selalu melayang laying dalam ingatan Zahira. “Ya Tuhan, hilangkan ingatan tentang pria itu, biarkan aku mengubur kejadian semalam,” batin Zahira. Harum kopi yang dibuat Nada menusuk Indera penciumannya, Nada duduk di sampingnya dan meletakkan secangkir kopi di depan Zahira. “Kopi kamu Ra.” “Makasih ya Da,” ucap Zahira. “Sama sama Ra, kamu kalau ada masalah bisa cerita ke kita, kita kan biasa saling curhat sebelum jam kerja kita dimulai, masih tiga puluh menit lagi.” “Aku baik baik saja Da.” “Kamu jangan bohong Ra, terlihat raut wajah kamu berbeda dari biasanya. Setiap orang punya masalah kok, kamu tidak sendiri. Kamu bisa bercerita agar perasaan kamu sedikit lebih tenang.” Sasa menambahi. “Makasih teman teman, I am fine, nanti kalau memang aku ada masalah, aku akan share ke kalian, kalian kan selalu memberikan solusi terbaik.” “Janji ya?” “Iya janji,” jawab Zahira menghirup aroma kopi di tangannya dan mulai menyesapnya sedikit, ia merasa sedikit tenang. Setelah menghabiskan kopi mereka. Zahira dan teman teman satu ruangan kemudian kembali ke meja masing masing dan mengerjakan job desk mereka, Zahira mencoba konsentrasi dan fokus pada pekerjaannya berusaha mengalihkan ingatannya tentang pria itu dalam pekerjaan. Zahira merasakan perutnya sakit, ia kemudian berdiri dan keluar dari ruangan office menuju toilet lobby. Ia segera masuk ke area toilet wanita yang bersebelahan dengan toilet pria, dan Zahira ternyata diare. “Kenapa aku bisa diare, aku tidak makan makanan aneh kemarin,” gumam Zahira, ia kemudian mencuci mukanya di wastafel toilet, disana ada beberapa wanita yang sedang memperbaiki make up mereka. “Kamu sakit mbak?” tanya seorang wanita yang berdiri di samping Zahira. “Enggak mbak.” “Kamu pucat sekali.” “Hanya sedikit diare saja,” jawab Zahira. “Minum obat dan minum yang banyak mbak, agar tidak dehidrasi.” “Iya, makasih.” Zahira kemudian berjalan pelan keluar dari toilet wanita, saat ia akan keluar dari Lorong toilet wanita, seorang pria akan masuk dalam toilet pria. Tubuh Zahira membeku, ia terpaku di tempatnya melihat pria yang akan masuk dalam toilet adalah pria yang menghabiskan malam bersamanya tadi malam. Dia dalah Arsen yang memang akan masuk ke toilet sebelum meeting keluar bersama Chiko, Arsen pun tidak kalah terkejut melihat Zahira yang keluar dari dalam toilet wanita. Arsen bingung harus mengatakan apa, dirinya kikuk sedangkan Zahira shock melihat Arsen ada di depannya. Berharap tidak bertemu lagi tapi malah bertemu tanpa sengaja. “Kamu…” “Maaf saya buru buru,” setengah berlari, Zahira meninggalkan Arsen yang masih diam di tempatnya, ia berbalik dan melihat punggung Zahira yang menjauh. “Ternyata aku tidak salah lihat tadi, itu memang dia,” Arsen mengingat tanda pengenal pegawai yang dipakai Zahira. “Dia pegawai hotel De Kirana?” gumam Arsen. Lynagabrielangga.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN