“Aku…” “You only have to say yes,” ucap Arsen meraih tangan Zahira, menyematkan cincin di jari manis gadis yang ia sayangi itu, alih alih menolak, Zahira diam menerima perlakuan Arsen, dan cincin itu sangat pas di jari Zahira. Zahira menatap cincin yang sudah melingkar di jari manisnya, perasaannya campur aduk antara bahagia dan rasa bingung. Ia bahagia karena Arsen dengan berani melamarnya walau hubungan mereka masih beberapa bulan tapi ia juga bingung karena ia belum mengatakan apapun kepada kedua orangtuanya dan ia sudah membayangkan jika mama dan papanya akan menolak kerasa hubungannya dengan Arsen. “Kenapa? kamu tidak bahagia?” tanya Arsen menatap Zahira lembut. Zahira tersenyum, aku bahagia hanya saja, ini sangat tiba tiba.” Arsen menarik tubuh Zahira dalam pelukannya, meng