Alicia menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. Tangannya yang semula bergetar kini ia teguhkan, sebelum mulai merawat luka-luka Zack satu per satu. Ia mulai membersihkan darah yang sudah mengering di sudut bibirnya, lalu mengoleskan salep pada lebam di pelipis pria itu. Sentuhannya lembut, namun tegas. Tidak hanya karena profesinya sebagai perawat, tapi karena hatinya sendiri yang tidak tega melihat penderitaan Zack. Zack beberapa kali meringis, tubuhnya menegang seperti menahan rasa perih yang menyayat, namun mata gelapnya tidak pernah lepas dari wajah Alicia. “Aku tidak apa-apa. Lanjut saja,” ucap Zack lirih, suaranya serak, namun terpancar ketegasan. Alicia mengangguk pelan tanpa menjawab, lalu kembali bekerja. Kali ini tangannya bergerak ke arah dadanya yang memar, t

