Bhadra meletakkan Laras di ranjang dengan hati-hati, andai bukan karena hamil, pastilah wanita itu dibanting, sayangnya ada anak dalam perutnya, Bhadra paling tidak suka orang licik. "Ah ... terima kasih, Bhadra. Kau membelaku tadi, kak Bunga ..." "Kenapa dengan Bunga Anindya?!" sahut Bhadra, dingin menatap Laras. "Dia ..." Laras gemetar tanpa sebab. "Katakan, Laras!! Bukankah kau ingin mengadukan sesuatu?!" Bhadra Bawika, semakin menekan. "Kak Bunga tadi ... menendang kakiku ... Aku ...." "Ada lagi?!" seru Bhadra, tidak peduli sama sekali. "Ti-tidak ada," jawab Laras, melemah. "Ingat, Laras!! Aku paling benci kebohongan! Aku juga paling benci dimanfaatkan!! Meski kau putri dari keluarga kaya sekalipun!! Aku bisa saja membuangmu dari rumahku!! Kapanpun aku mau!! Jadi ... tetap dala