Mobil sudah masuk ke parkiran belakang rumah. Adskhan masuk setelah mengucap salam. Di halaman belakang sudah ada Syaquilla dengan teman baiknya, Carina. Dan seorang lagi bocah yang tak Adskhan kenal. Ketiga remaja itu tampak sedang asyik membahas sesuatu.
"Papa!" Seru gadis itu. Tubuh mungilnya berjalan mendekat dan ia meraih tangan Adskhan seraya mencium punggung tangannya. "Papa pulang cepat." Kalimat itu bagai cambukan sendiri bagi Adskhan. Karena memang harus ia akui bahwa 'lembur' adalah kebiasaannya selama ini.
"Iya. Kerjaan Papa gak terlalu banyak." Jawab Adskhan jujur. Tak mungkin dia mengatakan kalau dia pulang cepat supaya bisa pulang bersama dengan Caliana yang sayangnya tak bisa ia lakukan. Karena selain fakta bahwa Caliana membawa kendaraannya sendiri, gadis itu juga tampak akan menolak seandainya Adskhan menawarinya pulang bersama. Jelas sekali, terlihat dari sikapnya yang dingin. "Itu teman kamu?" Adskhan bertanya pada sosok mungil lainnya yang kini tengah memandangnya dengan takut-takut.
Syaquilla mengangguk. "Dia Meyra. Temen baru kita. Dia baru pindah ke Bandung lho, Pa. Dia pindahan dari Jakarta." Jawabnya. Gadis yang bernama Meyra itu mendekat.
"Sore, Om." Salamnya. Ia meraih tangan Adskhan dan mencium punggung tangannya pula.
"Sore." Jawab Adskhan. "Baik-baik ya sama Syaquilla, sama Carina juga." Pintanya. Gadis kecil itu mengangguk. Adskhan memperhatikan kalau mimik gadis itu tak seceria Carina. Namun ia memilih tidak ambil pusing. "Papa masuk ke dalam dulu, ya." Ketiga remaja tanggung itu mengangguk.
Adskhan harus menahan keinginannya untuk bertanya pada Carina tentang siapa itu Yudhis bagi Caliana, meskipun pertanyaan itu sudah begitu bertalu di kepalanya seperti paku yang terus menusuknya. Tapi ia tidak mungkin juga memaksa Carina mendekat ketika ada teman baru mereka yang berkunjung. Lantas sebuah ide terbentuk begitu saja di kepalanya.
Dengan cepat Adskhan mandi dan mengganti pakaiannya. Beruntung ketika keluar, ketiga remaja itu masih berada di tempatnya. "Kalian mau nginap disini?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja. Carina mengangguk sementara Meyra menggeleng.
"Udah, nginep aja disini. Kasihan Qilla sendirian entar." Ucapan itu keluar dari Carina.
"Iya, Mey. Temenin aku aja disini. Ada Carina juga kan. Nanti aku minta Papa telepon orang rumah kamu." Pinta Syaquilla.
"Iya, nanti Om teleponin orangtua kamu. Kalo perlu kita ke rumah Meyra buat ijin."
"Tapi rumah Meyra jauh Om."
"Dimana emang?"
Meyra menyebutkan alamat rumahnya. Adskhan hanya tersenyum. "Kita makan malam diluar, habis itu minta ijin orangtuanya Meyra. Kalo semisal diijinin, Meyra nginap. Kalo engga ya kita sekalian anterin dia pulang." Adskhan mengambil jalan tengah. Ketiga bocah itu mengangguk setuju.
Mereka melaksanakan magrib berjamaah. Yang akhirnya Adskhan tahu kalau Meyra tidak seagama dengan mereka. Namun Adskhan bukan seorang rasis yang membedakan seseorang dari hal agama ataupun keturunan. Jadi dia tidak mempermasalahkan kalau anaknya bergaul dengan Meyra ataupun yang lain diluar sana selama anaknya itu bisa menjaga diri. Dan satu poin yang seharusnya Adskhan ingat, bahwa ia harus mendidik anaknya lebih baik lagi. Mengingat bahwa selama ini ia telah abai pada pendidikan putri semata wayangnya. Dan ia juga harus sangat berterima kasih pada kedua orangtuanya karena telah mendidik Syaquilla dengan sangat baik. Sehingga gadis itu tumbuh seperti sekarang ini.
Adskhan mencoba dengan segala cara supaya mereka mau makan di restoran milik Caliana. Dan untungnya, tanpa membuat mereka curiga, ia berhasil.
Mereka kini tengah duduk di restoran dan siap memesan. "Temen tante kamu yang disini itu siapa? Yudhis?" Adskhan memulai pembicaraan. Matanya berkeliling memandang area restoran.
"Iya. Om Yudhis. Kenapa gitu, Om?" Carina ikut memandang berkeliling.
"Dia kerja disini udah lama?" Tanya Adskhan lagi.
Carina mengerutkan dahi. "Setahu Carin sih sejak tempat ini ada, Itan udah sama Om Yudhis. Kenapa gitu Om?"
"Dia pacarnya Itan?" Adskhan bertanya pada intinya. Carina menatap Adskhan dengan mata menyipit curiga.
"Kenapa Om nanya begitu? Jangan-jangan..." Carina masih menyipitkan mata. Entah kenapa Adskhan malah salah tingkah dipandangi seperti itu.
"Jangan-jangan apa?" Adskhan benar-benar merasa salah tingkah sekarang.
"Papa suka ya, sama Itan?" Celetuk Syaquilla. Adskhan melirik putrinya. Putrinya tampak cekikikan. "Qilla juga suka kok sama Itan.” Jawabnya polos. “Sayang, Mey belum ketemu sama Itan. Jadi dia belum suka sama Itan. Tapi nanti kamu juga bakal suka kok sama Itan.” Cerocos Syaquilla yang membuat Adskhan terkejut karenanya.
“Itan itu siapa?” tanya Meyra penasaran.
“Dia itu tantenya aku.” Jawab Carina. “Orangnya cantik, sama kayak aku.” Lanjutnya memuji diri sendiri. Adskhan hanya tersenyum mendengarnya.
Sementara Syaquilla mengangguk menyetujui. “Aku juga minta dia buat jadi mamanya aku.” Ucap gadis itu polos yang membuat Adskhan terperangah mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau putrinya akan melakukan hal yang tak terduga seperti itu.
“Ka-kamu apa?” Adskhan bertanya pada putrinya, memintanya mengulangi pernyataannya. Syaquilla balik memandang Adskhan dengan wajah tersipu.
“Itu.. anu.. Qilla minta Itan buat jadi mamanya Qilla, Pa. Maaf.” Ucap putrinya dengan takut-takut.
“Trus, apa jawaban Itan?” tanya Adskhan ingin tahu.
“Itan bilang, gak semua yang kita mau bisa jadi kenyataan.” Jawaban itu keluar dari mulut Carina. “Qilla harus menerima kenyataan kalo mungkin yang nantinya bakal jadi mamanya dia itu tante Anas, bukan Itan.”
“Kenapa dia bilang seperti itu?”
“Karena..”jawab Carina lagi dengan lambat-lambat. “Om kelihatan lagi kencan berdua sama tante Anas di hari minggu kemarin.”
Adskhan seketika melirik putrinya. Benarkah itu? benarkah Syaquilla melihat dirinya dan Anastasia pergi di hari minggu kemarin? Tapi itu bukan kencan. Pertemuannya dengan Anastasia memang karena urusan bisnis untuk iklan produk yang Levent Company keluarkan.
“Sayang, apa yang Papa sama tante Anas lakuin hari minggu kemarin bukan kencan. Papa sama tante Anas disana karena urusan kerjaan. Disana juga ada Om Ganjar, kamu kenal kan sama Om Ganjar?” Adskhan menyebut nama asistennya yang ada di Jakarta. Syaquilla mengangguk. Tentu saja dia mengenal Ganjar. Karena selain bekerja untuk ayahnya, pria itu juga bekerja dengan pamannya. Dan saat bersama pamannya lah dia bisa mengenal Ganjar.
“Jadi, Om sama tante Anas itu gak pacaran?” tanya Carina ingin tahu. Adskhan mengangguk mengiyakan. “Tuh, kamu bisa tenang sekarang.” Ucap Carina pada Syaquilla. “Qilla bilang dia gak mau punya mama kayak tante Anas. Dia maunya sama Itan.”
“Om juga.” Jawab Adskhan refleks.
Carina dan Syaquilla memandang Adskhan dengan mulut menganga. Lantas kemudian keduanya berseru senang. “"Kan, kan, kan.” Ledek Carina tanpa malu-malu.
“Bisa kan, Rin. Bujuk Itan jadi mama Qilla.” Pinta Syaquilla dengan penuh harap.
Carina memandang Syaquilla dan Adskhan bergantian. “Heum mau Carin bantuin buat bisa deket sama Itan?" pertanyaannya tertuju pada Adskhan. "Tapi gak gratis loh, Om. Karena bikin Itan suka itu gak mudah.”
“Apapun yang kamu mau, selama masuk akal, Om kasih.” Jawab pria itu sungguh-sungguh.
“Oke deh kalo gitu. Biar Carin pikirin dulu apa yang Carin mau.” Ucap gadis itu dengan nada serius. “Jadi, apa yang Om mau tahu? Carin janji, Carin bisa ngasih tau Om semuuaaaa rahasia Itan."
Adskhan dengan seketika memajukan tubuhnya dan memandang Carina dengan serius. “Pertama-tama. Punya hubungan apa Caliana dan Yudhis?”