"Mas Ardan itu siapa, Kak?" tanya Mega, salah satu teman Luna, sambil senyum-senyum menggoda. Luna langsung panik. Ia segera memalingkan wajahnya ke depan, berusaha tetap tenang meski jantungnya berdegup kencang. Bisa-bisanya ia tidak menyadari kalau teman-temannya mengintip layar ponselnya di belakang sedari tadi. Nayla dan Sila memilih untuk pura-pura tak peduli, meski sebenarnya mereka sedang menahan tawa. "Hayo... siapa itu Mas Ardan?" goda temannya yang lain. Luna mendengus kesal. Meski terus didesak, ia memilih bungkam. Namun, belum sempat ia bernapas lega, ponselnya kembali berdering. Nama Ardan muncul lagi di layar. Luna langsung panik dan berniat menolak panggilan itu, tapi Dafa dengan gesit merebut ponselnya. "DAFA! BALIKIN HP KU!" bentak Luna, wajahnya memerah karen