Melihat Alvan lari kesana-kemari sambil menendang atau mengejar bola satu membuat aku lelah sendiri. Padahal aku hanya duduk di luar lapangan, hanya menonton para lelaki disana yang penuh keringat. Aku sendiri, tadi bersama Kandil dan Dewa. Tapi, lima menit yang lalu sahabatku itu sudah pamit pergi untuk membeli sesuatu untuk Dewa. Jadi, tinggallah aku sendiri mengamati suamiku yang sangat bersemangat dalam mengejar bola di lapangan sana. Disaat sedang asik bermain, entah bagaimana aku mendengar suara peluit yang mengagetkan ku. Karena terlalu fokus mengamati Alvan aku tidak tau jika sedang terjadi sesuatu di sudut lapangan. Ku lihat, Denis dan Fahri sedang berhadapan. Sepertinya kedua laki-laki itu sedang bersi tegang, keduanya memasang raut wajah marah. Tidak tau apa yang mereka bicar