Reyhan mengusap wajahnya dengan kasar. Dia menyandarkan tubuh pada sandaran kursi sambil menghembuskan napas panjang berulang kali. Percakapan yang terjadi di meja makan tadi pagi membuat Reyhan tidak bisa berkonsentrasi dalam bekerja. Dia tidak bisa melupakan perkataan Papa Alfian yang menyatakan anak di dalam kandungan Novi sebagai calon cucunya. “Cucu? Apa maksud Papa menyet anak yang ada di dalam kandungan Novi sebagai cucu Papa?” tanya Reyhan, menatap Papa Alfian dengan sorot mata menuntut. “Novi sudah Papa anggap sebagai anak sendiri, Rey, tentu saja anak yang ada di dalam kandungannya juga sebagai cucu Papa,” jelas Papa Alfian dengan tenang. “Perlu kamu tahu, Rey, sudah lama Papa menantikan kehadiran seorang cucu di rumah ini. Papa nggak akan menyia-nyiakan Novi dan anak yang ada