Saat aku dan Ira masih bermesraan dan saling meremas tangan, sebuah ketukan di pintu kamar rawat inap yang kutempati terdengar. Ira lalu dengan sigap merapikan baju dan jilbabnya lalu berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Seraut wajah cantik tanpa jilbab terlihat berdiri disana. Aku melihat muka si Cantik yang memerah dan kembali teringat kalau aku sama sekali tak mendengar suara langkah kakinya barusan. Jangan-jangan si Cantik dah berdiri di sana sejak tadi? Huft. Aku menarik napas panjang dan menghempaskannya. Ira lalu memeluk Putri yang berdiri di depan pintu dan mengajaknya masuk kedalam setelah mereka saling mengecup pipi. "Ni Mbak, aku bawain buah," kata Putri pelan sambil memberikan bingkisan di tangannya. Ira sedikit tertegun lalu melihat ke arah Putri dengan pandangan keh